Just Nipong

Dia mulai beranjak remaja, tapi tetap saja masih popol. Makanya tiap kali aku mau temani tidur tak pernah diijinkan. Dia khawatir kalau ayahnya kena ompol. Kalau ompol bayi masih harum, lah ini udah sarua kene pesingnya dengan popol si Ayah. Tapi beberapa malam ketika aku terjaga ada suara jegar-jegur, lalu aku bangun dan memastikan apa yang terjadi di tengah malam dingin ada suara orang mandi, ternyat si Nipong lagi mandi junub. Buru-buru ia menutup kamar mandi yang ia sengaja dibuka, mungkin biar gak takut.

Dia yang menjadi panutan bagi adiknya, apapun yang ia lakukan adiknya selalu meniru. Bahkan ketika Nipong nangispun, adiknya ikutan dengan gayanya sendiri, karena wajah bayi yang lucu dan nangis-nangisan, si kakak langsung ketawa ngelihat polah adiknya. Dan yang terjadi suasana mereka berdua kembali cair setelah bagaikan tikus dan kucing. Satu hal yang kupelajari dari mereka, dan yang tidak kurasakan jaman dulu aku kecil adalah Si kakak sering dalam kondisi ngemong dan lebih dewasa. Apapun yang diminta adiknya, selalu mengalah dan meminjamkannya. Tapi tidak untuk buku pelajaran. Kalau salah satu dari mereka ada yang kurang sehat, maka bukan main heboh semua karena semua minta diurus. Pasti aku sedang membayangkan, bagaimana ketika mereka cuma hanya ada mama di tengah malam.

Makanya Pong, lekas besar biar bisa jadi pandu ibumu. Tapi kau bakat bisnis, malem takbiran ajah kau sudah bisa dapetin omset 10. ewu dari jualan kembang api. Bagi hasil goceng-goceng ama ayah, kan? Yang lain sibuk nyulet kembang api dan mercon, buang-buang duit, Just Nipong belajar tentang sebuah peluang.

Mimik Kacang

Sering dengar tidak, tentang lelaki dewasa akan disibukan oleh kendaraanya, anak-anaknya dan teman-temannya. Azan berkumandang, akan lewat begitu saja ketika sedang bermain bersama anak, atau ngobrol dengan teman, maupun ketika sedang ngoprek busi, atau pentil.

Si kecil yang kian tumbuh, kini usianya 1 tahun 5 bulan. Bersamanya agak lama, hampir 1 bulan seperti keheranan dibuatnya. Lebaran sebelumnya ia masih 3 bulan, dan belum bisa melihat perkembangan ataupun tingkah lakunya. Tapi di lebaran tahun ini, aku hampir selalu bersamanya ditiap menitnya. Bahkan untuk urusan pipis, nyebokin dan ganti celana kuberanikan diri karena kesibukan mamanya. Kata orang tua, terhadap anak perempuan harus lebih melayani, karena kelak merekalah yang akan lebih menyayangi orang tuanya. Kenyataan memang, banyak kusaksikan ketika masa renta tiba, yang mau mengurus dan menunggu ibu atau ayahnya yang sakit, kebanyakan adalah anak perempuan. Hanif, lebih cuek dan sudah mulai punya geng sendiri, betapa Alya si adik selalu mengejar dan meraung ketika kakanya pergi bermain disamper teman-temannya.

Ketika bersama mereka, anganku sering melambung betapa bahagianya hidup di masa kanak-kanak, dan dikelilingi orang tua. Aku pasti sedang memikirkan ketika Ayah mereka sedang mengais rejeki di dunia rantau. Mereka sangat dekat denganku, tak kubiarkan mereka cuek dan tanpa canda bersamaku. Kami sama-sama haus pertemuan, berkumpul dengan mereka sudah seperti keindahan abadi dan tak ingin kulepaskan. Aku tidak sedang membanggakan diri, karena anak hanyalah titipan dan bisa pula menjadi fitnah. Untuk itu aku selalu bermohon semoga anak-anak bisa menjadi orang yang berbudi pekerti luhur dan number wan adalah menjadi anak yang sholeh.

Aya, ditiap bangun tidurnya selalu langsung duduk dan tepuk tangan dan bersendandung. Senandungnya adalah shalawat nabi. Ketika kami sibuk shalat shubuh, dia akan ikut sibuk naik ke punggung dan kadang duduk di atas kepala Mamanya yang sedang sujud. Ketika mamanya masak, ia akan sibuk memegang pisau kecil yang tidak tajam dan membantu mamanya dengan mberantakin apapun yang dipegangnya. Ketika mau makan, ia akan ambilkan gelas buat ayahnya dan kakaknya. Setelah selesai makan, ia akan ikut membereskan piring dengan kerenyutan dahi mamanya dengan tangan dibawah piring khwatir jatuh ke lantai. Inisiatifnya bikin aku keheranan, jauh sekali saat Hanif umur segitu. Dan yang paling kusuka, ia ceria selalu jarang bermuka cemberut kecuali saat ngantuk dan pengin mimik susu.

Sisa-sisa lebaran menyisakan kacang bikinan mamanya yang masih dalam toples plastik. Dia suka sekali dengan kacang, dan hingga tetes terakhir ia tenggak toples, dan mengalirlah butiran-butiran kacang itu.

'mam..mam... bis....' kata dia

Mungkin maksudnya, udah dimaem dan udah habis....

Tapi kenapa Pesek?
Gak papa, yang penting sayang sama sama keluarga.

Pink aya

Nyampe rumah jam 3 pas, masih bisa sahur dan sa hur. Aya langsung gemblok.
Ble gi tu..

---- 
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

Mentari terakhir di senja Juni (3)

Di suatu hari yang cerah, Joyev dan Sarinah sepertinya tengah merundingkan sesuatu. Setelah usai ngobrol di meja maya, Sarinah bergegas ke luar rumah dan menyetop taxi pergi ke salon untuk perawatan mingguan yang selalu dilakukan. Salon kecantikan yang ramai pengunjung, dan kebanyakan adalah wanita-wanita karir dan beberapa lainnya artis ibu kota. Setelah Sarinah mendapatkan perawatan dan membayar di kasir, ia bergegas ke luar, dan terlihat seorang lelaki dengan baju hijau muda tengah duduk di ruang tunggu dan berdiri menyodorkan tangannya. Sebelumnya, lelaki ini yang ternyata adalah Joyev salah orang terhadap tamu yang duduk diruang tunggu yang ia kira adalah Sarinah. Namun kali ini pasti tidak salah orang, pikirnya.
"Sarinah, bukan?" Tanya Joyev
"Kau pasti Joyev, si semprul itu kan?" jawab Sarinah sambil agak tertunduk malu
"Ha..ha..ha...iya, gak beda kan di langit sama di bumi?" girang Joyev agak GR
"Huu... dasar.." Sengut Sarinah

Siang itu menjadi pertemuan pertama antara Joyev dan Sarinah, lalu keduanya pergi minum kopi di kafe. Joyev dan Sarinah menampilkan diri masing-masing seperti yang ditampilkan di ruang maya. Mereka terlihat bercanda dan bercerita apa saja dan menghabiskan waktu hingga beberapa jam. Lalu keduanya bergandeng tangan dan berpisah di pintu gerbang, Sarinah kembali pulang ke rumah, sementara Joyev harus kembali ke Pabrik meneruskan pekerjaannya.

Joyev terlihat sumringah, dengan mengumbar senyum ia bergegas pergi ketika taxi yang ditumpaing Sarinah menghilang ditelan kejauhan dan kembali ke Pabrik.


Bersambung,...





bandar djakarta 30-08-10




Mentari terakhir di senja Juni (2)


Kedua manusia itu dengan cepat beradaptasi, dan mulai menyerang satu sama lain dengan gurauan dan cenderung seperti orang berantem. Olok mengolok adalah hari-hari berikutnya yang mereka lakukan setiap kali bertemu.

Joyev mulai mengendus beberapa hal tentang sosok wanita tersebut, ia mengamati gaya bahasanya, mengamati peralatan komunikasi yang ia bawa. Dan pada suatu hari terjadi percakapan yang agak serius.
"Apa kau sudah punya kekasih, Rin?" tanya joyev dengan menatap
"hmm... menurutmu?" jawab Sarinah dengan balik bertanya
"Sepertinya sudah.."
"Apa kau termasuk lelaki yang gampang jatuh cinta?" Tanya Sarinah serius
"Wong aku yang nanya, kok malah aku yang diwawancara, semprul ah.." Jawab Joyev sekenanya.

Mereka terlihat asik mengobrol di arena meja maya juga pada hari-hari berikutnya. Jarak yang jauh membuat mereka jarang bertemu. Joyev, yang hanya seorang pekerja biasa di sebuah kantor di daerah Jogja, obrolan di internet hanya bisa dilakukan saat siang hari, itupun jam istirahat. Makin hari, keduanya terlihat kian akrab dan muncul ketertarikan satu sama lain. Tapi Joyev selalu menahan diri untuk menyembunyikan semua perasaan yang timbul, ia merasa tidak percaya diri menghadapi Sarinah. Setelah sekian bulan sering bertemu, Joyev menjadi uring-uringan dan sering merenung.

Pada obrolan ke sekian kalinya, Sarinah sudah percaya kepada Joyev dan merasa menjadi teman yang cocok untuk berkeluh kesah. Dia menceritakan bahwa ayahnya merupakan sosok yang keras dalam mendidik keluarga, bahkan untuk urusan jodohpun orang tua yang ikut menentukan. Dan saat bercerita, ia mulai banyak berhenti mengetik karena sedih, saat ini ia tengah dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya. Seorang pria sukses dan mapan sebagai pengusaha di Jepara. Joyev selalu berusaha mendengarkan apa yang Sarinah tuturkan, dan setelahnya adalah seperti hari-hari biasa yang penuh canda dan tawa. Sarinah merasa Joyev adalah sosok pria yang hangat dan humoris, untuk itu dia merasa dekat untuk bercerita tentang apapun yang ia alami.
"Joy, aku sebetulnya orangnya lebih banyak diam" celetuk Sarinah pada suatu obrolan
"Lalu?" sahut Joyev
"Iya, tapi entah kenapa aku mudah saja bercerita apapun padamu" Jelasnya
"Aku juga heran, wong kenal belum lama kok percaya sama orang katrok macam aku.." sahut Joyev sambil meletakan pulpen di tepi buku.
"Cerita, Joy..." pinta Sarinah
"Cerita apa?, aku gak punya cerita menarik,.." jawab Joyev sambil meletakan icon :) di mesin mesenger itu.

Ketika mereka tidak bisa ngobrol karena hari libur atau karena kesibukan salah satunya, menjadi beban tersendiri yang dirasakan Joyev menahan rindu ingin ngobrol. Joyev menyadari, di dunia internet Sarinah sepertinya sudah sangat mahir dan memiliki banyak teman maya. Hubungan persahabatan yang tadinya hanya saling mendengar, kian hari mulai ada perasaan yang aneh yang dirasakan Joyev ketika Sarinah kedapatan sedang sibuk atau bercengkerama dengan teman lain di luasnya langit.






bersambung.....