Tinggi Hati

Serba salah ketika cara pandang saja sudah berbeda, mungkin karena aku yang tinggi hati atau justru si semprul itu yang tinggi hati. Tapi untuk urusan tinggi meninggi memang sudah sepantasnya dia lebih tinggi dari saya, tinggal sayanya saja yang tahu diri. Apakah tidak disadarinya, atau saya yang tidak sadar? bahwa berceloteh diinternet itu memang sangat rawan ketersinggungan. Dulu mungkin masih bisa saling sangat menjaga hati masing-masing. Tapi setelah tragedi Juni lalu, saya pikir semua kembali ke masa awal, yang bebas ngobrol.

Tapi saya kok lupa, bahwa ia adalah dari kalangan yang tidak seharusnya saya kritik atau membuatnya tersinggung. Padahal siapa yang mengira pernyataan saya dianggap suatu penyerangan oleh pengunjung lain. Saya kaget ketika ngobrol di YM dan mengutarakan ketersinggungannya dengan membawa-bawa 'dia'. Entah siapa yang ia maksud dengan 'dia' yang bisa bikin anak segala. Kok sampai ke sana? Ini orang sedang lupa apa sedang apa, padahal kalau mau dihitung, ia sangat sering membanding-bandingkan dan menghina keadaan saya dengan keadaanya yang jauh-jauh lebih baik. Tapi siapa peduli?

Pertanyaan ringan dan kocak, dan tidak mungkin terbersit oleh rekan-rekan sebagai suatu pelecehan atau menghina. Beda bawang merah-bawang putih, gampang... bedanya warnanya merah dan putih. apa susahnya?

Sudah minta maaf bertalu-talu, tidak digubris. Jadi saya sekarang kembali belajar memahami seorang teman semprul. Mungkin saya perlu menjunjungnya tinggi-tinggi di hadapan teman-teman semua. Asal dia senang....

Semua yang pernah terjadi kini terlintas lagi, dan bagi saya itu membuang waktu percuma. Bagaimana ia bercerita tentang hebatnya MacGyver ketika membentulkan apapun. Yang besar, dan kekar, sukses dan segala pencapaian.

Tapi saya sekarang sudah lega, karena itu semua sudah kembali seperti biasa... saya merasa ia sudah bebas, dan demikian pula saya. Celotehan saya yang spontan tidak mungkin berhenti dalam waktu dekat, ini sudah bawaan usil saya. Tunggu, nanti ada saatnya saya meninggalkan kota ini, agar tak seorangpun merendahkanya.

Sekali lagi, maaf ndoro.......