Menoleh
Berbagi (Modus) kehilangan
Obong-obongan
Obong-obongan runggang |
Melalanglang mBuana
First step: jalan kayu Taman Nasional Kutai |
Episode Perjalanan dinas luar kota
Bandar Udara Sepinggan Balikpapan |
Acak
Bermain dan bernyanyi dengan aya selalu saja menimbulkan gelak tawa. Clemang clemong dan kerap kali punya judul yang tidak kuduga. Minta bernyanyi ini itu gak pernah tuntas, pasti berubah lirik ditengah jalan.
Habis nyanyi, kakaknya yg lagi asyik nonton tihwi disamperin dan kudengar wawancara dari kejauhan.
Mas hanif udah pacaran?
Belum
Kalau sma?
Belum
Kalau udah kerja?
Iya
Aya mah mbesuk angger wis dadi dokter hamile.
Dan tahu sore ini musti berangkat dia merengek dan guling minta gak usah ke jkt lagi. Ini pasti naluri anak perempuan dan maknanya adalah positif. Kereta ini terasa cepat sekali, dan keceriaanmu berhasil membangun puing2 semangatku..
Puasa 2013 1434H
Alkhamdulillah masih diberikan waktu sampai bulan ramadhan tahun ini.
Catatan menjelang puasa kali ini diawali dengan naiknya harga bbm pd 22 juni lalu. Sontak seluruh harga naik melebihi batas kemampuan rata2 penduduk indoneaia. Ekonomi lesu apalagi menjelang bulan puasa. Wong tanpa bbm naik saja kalau mau bulan puasa harga2 kebutuhan mendadak naik.
Tapi kami selalu menghadapi dengan optimis sedapat mungkin.
Hanif lulus SD, aya makin besar dan doyan makan tubuhnya bongsor. Liburan sekolah aya dan mamanya berkunjung ke jkt tanpa hanif ikut.
Tgl 3 juli pagi mereka berangkat dr ajb dan hari rabu itu spt hari yang panjang. Aku pulang cepat dan langsung kr p gadung untuk jemput mereka. Tapi jam 5 sore mereka masih di tol cileunyi perkiraan sampai berarti jam 7an. Aku tetap pergi..
Di p gadung menunggu sampai ngantuk akhirnya nongkrong di polsek pgadung. Disuguh layar tancap yg distel dari dvd dan priyektor. Jam 9 malam masih di cibitung.. akhirnya jam 22.30 bus yang ditunggu datang. Si aya digendong dan diturunin pak sopir sinar jaya. Pelayananya oke juga bis pilihan keluarga ini.
Sampai rumah kontrakan bukanya tidur malah mondar mandir dan ajak ngobrol. Kami harus sabar untuk melepas rindu sampai adik kecil ini terkantuk.
Jumat 6 juli ke tanahabang untuk menemani istri untuk kulakan baju dagangan skala kecil untuk menghadapi kebutuhan masyarakat sekitar akan pakaian lebaran. Manusia berjubel di sana.. aku sambil gendong aya. Dia kecapaian... lanjut pulangnya ke asemka buat cati ATK dan kembang api pesanan bocah2.
Sorenya tepar...
Hari minggu ke pasar proyek cari tambahan ini itu.
Minggu sore tgl 7 jul aku antarkan mereka pulang. Tadinya hanya sampai pgadung tapi bawaan yang banyak aku tidak tega repotnya pas turun. Aku pun turut serta antar mereka.
Senin pagi sampai di kota kecil dan lanjut ke kampung halaman. Siang kusempatkan mampir ke ibu.. ku sms bos tidak masuk kerja karena harus antar anak pendaftaran smp dan balasanya sungguh bukan seperti manusia. Astaghfirullah..
Senen sore aku kembali ke jkt tanpa mennginap. Aya merajjuk meminta aku gak usah berangkat..
Aku tetap berangkat dan selasa pagi dah sampai. Lalu malam rabu resmi ada pengumuman pemerintah awal puasa dimulai tgl 9 juli.
Kawan sebelahku segera lulus dari sini tempatku bekerja.
Panutan VS Manutan
Begini caranya
Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.
Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali.
Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
“Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”
“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru”
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?
-Note From Brother Asep Juju-
Pilkades efek
Turu losss...ngapuntene yah lur mbok tersinggung....ngesuk kudu ngode...usikum wanapsi bithakullah wasalamualaikum wr wb Gmiyen numpak bis bareng.jasrad detodong ng bis pulogadung.barang jasrad arep aweh duit njanggleng koh tukang todobge ngampun ampun wwruh jasrad banget duwure. jasrad cilik duwur rambute dawa de pocong bareng mumpak bis maring angkruk dandan radio koh mabok..
TeS keperang arit de paksa turu ning umaeh kiswong..wengi wengi de uwuri Kapsul deng kiswong jerene sip emen. Jebule ra bisa turu..wis lemude akeh hawane adem..ra denei kemul. .Kiswong turune ngorok kaya de ekho maning.akhire balikge deweden wedeni ana demit tumbu..aku tutur mboke /heri catar membahana
kedimik...kedimik perlahan sy berjalan menuju bakul dawegan.. Dgn semangat sy memesan... (bu,daweganelah siji...)tersent ak si ibu mencilak menatapku karena kaget... dan akupun duduk sambil nglehem silonjor tiba2 si ibu mengubrakan dawegannya di meja saya (gubrag) sy pun njingkut karna kaget....nih mas dawegannya di leg kueh karo bathok2e... begitu bodongnya si ibu,sypun nggegrek saja karena sy orang yg ramah lingkungan.... dan ku sedot air dawegannya dan ahhh...nikmat sekali rasanya... blm juga abis si ibu kmbli bodong...(mas sudah sana merad nie meja buat gentenan sm yg lain...) sy pun menjawab hulah bu wongkoh gathik bae struk toli ngko...si ibupun tak mau kalah dgn singkat jwb 'jorkoh' dan sypun langsung nglinthung saja..Mengkin uwike ilang temena
Ada asap ada api (A4)
Detak jarum jam terdengar keras ketika di malam hening. Jam dinding tua yang tidak bermerk, tanpa kaca, dan hasil modif yang tidak menarik. Mesin jam pun sudah diganti dengan mesin jam dinding eceran yang ku beli di pasar grosiran. Jam ini selalu saja telat walaupun sudah dipaskan dengan jam handphone maupun jam tangan. Aku juga tidak pernah menyetel arlojiku lebih cepat agar tergesa-gesa, atau memperlambat agar terasa santai. Semua normal dan mengukuti standard. Itu soal waktu yang dari detiknya saja bisa diatur sesuai selera kita. Seharusnya aku tak perlu merasa kehabisan waktu.
Kejenuhan selalu datang menghiasi ruang rindu justru ketika terbalut tebalnya waktu. Hidup di ibu kota yang tidak pernah tidur namun bagiku terasa seperti hidup ditengah hutan. Percuma tiada guna keluh kesahku karena tak pernah menipiskan waktu apalagi menghalangi kuntum rindu akan hadirnya cita rasa berkeluarga utuh.
Inilah titik tolak rawanya sebuah mahligai kepercayaan. Aku tenggelam dalam pekerjaan lalu pulang ke sebuah kamar tanpa anak dan istri menyambut. Lalu membenarkan diri untuk larut dalam obrolan maya dengan banyak kawan yang entah berada di mana mereka semua. Penat seketika hilang, derai tawa pecah di kesunyian. Lalu tergeletak merejam kelelahan. Gadget smartphone memanjakanku akan banyak hal. Sekarang aku jarang memegang kertas atau buku tulis untuk sekedar membuat sketsa atau catatan kecil. Waktu luangku untuk buka aplikasi ini itu. Dan mencari aplikasi baru dari google market semua terasa mudah.
Kini berteman telfon pintar tapi otaku terasa buntu dan tambah bodoh. Sesungguhnya siapa yang bikin biang kerok kecanggihan dunia hingga aku terseok-kecanduan teknologi macam ini. Mana waktuku buat mengamati banyak hal, memikirkan usaha kreatif, mengkaji ayat suci. Mana ke mushola di pagi hari yang segar berkumpul membentuk barisan.
Aku bukanya tidak sadar, aku sangat menyadarinya. Sampai pada akhirnya aku musti sibuk menghapus jejak setiap akan mudik ke kampung halaman tercinta. Karena aku yakin banyak api membara yang tersulut karena dunia maya. Namun aku juga tak kan lari untuk tidak mematikan asapnya.
Kuhela nafas dalam, pertanda asap dan api tembakau mulai meredakan penat dan tekanan hidup namun sesungguhnya ia sedang siap melukai siapa saja bagi yang kena candunya. Begitupun kepulan asap maya....
Sepucuk surat dari seorang lelaki
Follow twitter: @kutipanhikmah
Kamu tahu kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk ke rumah lagi.
Dan kamu tahu? Di kampus, tempat saya seharian di sana, ke mana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.
Melihat ke depan ada perempuan berlenggok dengan seutas "TANK TOP", noleh ke kiri pemandangan "Pinggul Terbuka", menghindar ke kanan ada sajian "Celana Ketat plus You Can See", balik ke belakang dihadang oleh "Dada Menantang!" Astaghfirullah... Ke mana lagi mata ini harus memandang.
Kalau saya berbicara nafsu, oh jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tidak mau hidup ini dibaluti dengan nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang.
Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tetapi mereka adalah sosok yang anggun, mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lekas ditarik oleh pikiran "ngeres" dan hati pun menjadi keras.
Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tidak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang mempunyai niat untuk menarik laki-laki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.
Istilah seksi kalau saya defenisikan berdasar katanya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang mempunyai fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi Anda, membayangkan Anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap Anda melakukan lebih seksi, lebih... dan lebih lagi.
Dan Anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitu: Anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan.
Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak Anda sudah membuat diri Anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan Anda sendiri yang Anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri Anda, apa itu dengan kata-kata yang menyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan.
Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin Anda menjawabnya "Lelaki" bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki di zaman sekarang ini.
Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan Anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.
Begitulah seharian tadi saya harus menahan siksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya? Tapi saya sungguh takut dengan zat yang memberi mata ini. Bagaimana saya nanti mempertanggungjawabkannya? Sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya.
Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menahan kemaluannya", yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nur: 30-31)
Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggungjawa bkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian.
Saya yakin, banyak lelaki yang mempunyai dilema seperti saya ini, mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tidak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemandangan yang anda tayangkan?
So, berjilbablah... Karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempesona, dan tentunya sejuk di mata...
Islam itu indah
Inilah jawaban Muslim untuk film "Innocence of Muslim" yang menghina Rasulullah !!!
Aku adalah Muslim, aku bangga menjadi Muslim, karena sejarah membuktikan.. Bukan Muslim yang memulai perang dunia pertama. Bukan Muslim yang memulai perang dunia kedua. Bukan Muslim yang menghancurkan hiroshima dan nagasaki dengan menggunakan bom atom. Bukan Muslim yang membunuh 200 juta indian amerika Utara. Bukan Muslim yang menghabisi 80 juta indian amerika Selatan. Bukan Muslim yang Membunuh 90 juta aborigin australia. Bukan Muslim yang mengambil 180 juta orang afrika sebagai budak lalu membuang 70 persen dari mereka yang meninggal ke lautan atlantik. Bukan Muslim yang menjajah Indonesia, Bosnia, Afghanistan, Ethopia, Checnya, Suriah dan negara" lainnya.. Bukan Muslim yang memulai kasus poso, ambon, maluku, dan papua. Bukan Muslim yang memfitnah irak dgn senjata pemusnah massal yg ternyata cuma isapan jempol belaka. Bukan Muslim yang serakah merebut ladang minyak Timur Tengah. Bukan Muslim yang suka menghina nabi & agama lain. Dan aku bangga.. Walau Islam tidak pernah teriak" sbg agama damai, tapi Muslim tidak pernah menyerang siapa2. Walau Islam tidak pernah teriak" HAM & toleransi, tapi Muslim paling toleransi dibanding "PENDEKAR HAM" Amerika yang rasis kepada kulit hitam, dibanding perancis yang melarang jilbab, dibanding swedia yang melarang Adzan, dibanding swiss yang melarang pendirian Masjid. Muslim mayoritas itu toleransi Muslim minoritas itu PEMBERANI. Tapi tidak ada toleransi untuk melanggar perintah ALLAH SWT. Muslim bukan anjing yang serakah dengan nafsu menjajah. Muslim bukan babi yang rakus nafsu membumi hangus. Muslim bukan monyet licik yang selalu menebarkan fitnah. Muslim tidak pernah mencari musuh & Muslim HARAM lari dari yg memusuhinya. Haram hukumnya jika seorang muslim mengetahui kebenaran, hanya diam seribu bahasa.
Nuansa tiga lapan
Deru laju perjalanan hidup, tercatat detik demi waktu. Terasa banyak sudah catatanku yang tidak sesuai nuraniku. Nuansa kedewasaanku belum paripurna tercermin dari banyak hal.
Tips usaha dari reinald kasali
~ 7 Tips Bisnis dari Rheinald Khasali ~
Dalam buku terbarunya, Wirausaha Muda Mandiri, Rheinald Khasali merangkum pengalaman beberapa wirausaha muda sukses. Termasuk tip sukses mereka. Silakan simak, siapa tahu Anda bisa belajar darinya.
1. Nikmati indahnya berpikir kreatif Menjadi kreatif berarti selalu membuka pintu dan mengeksplorasi pilihan-pilihan. Seperti kata John C Maxwell, "Bakat saja tidak cukup. IQ juga tidak. Semua baru menjadi potensi, dan setiap potensi perlu menemukan pintunya." Caranya.?? Berani mencoba.
2. Kekuatan kesederhanaan Tip ini berasal dari pengalaaman sukses Firmansyah Budi Prasetyo, pemilik Tella Krezz. Ia berhasil menaikkan gengsi singkong menjadi sama dengan french fries dan snack impor lainnya. Kunci sukses para pemikir sederhana, mereka mengerjakan hal-hal yang sudah dikenali dan akrabi sejak kecil.
3. Carilah struktur biaya yang rendah Menurut Rheinald Khasali, berwirausaha bukan bergaya hidup. Kalau bergaya hidup Anda menghabiskan uang. Dalam wirausaha Anda mengurangi pengeluaran dan mendatangkan penghasilan. Dengan pola pikir ini, maka bisnis yang dijalankan akan membawa untung.
4. Gunakan teknologi, jangkau sebanyak-banyak mungkin orang Saat ini bila Anda gagap teknologi maka akan rugi. Pasalnya, dengan teknologi, pemasaran produk akan menyebar pada banyak orang tanpa mengeluarkan biaya. Dengan Twitter, Facebook, situs, atau blog, promosi akan menyebar dalam hitungan menit.
5. Tiupkan ruh pada brand Anda Artinya memberi kekuatan dan nyawa pada brand agar bisa bergerak sendiri, hidup dan berdaya. Brand Anda adalah karakter Anda, jadi jangan berkompromi pada hal-hal yang bisa merusak reputasi dan karakter Anda, karena akan berpengaruh pada brand. Buatkan story telling tentang brand Anda, biasanya orang suka pada kisah di balik sebuah produk.
6. Entrepreneurship DNA Jangan percaya pada mitos, bahwa orang Padang jago berdagang, atau orang China pandai berbisnis. Semua orang bisa berbisnis dan memiliki entrepreneurship DNA. Caranya dengan meluaskan pengetahuan, banyak bergaul dengan pengusaha sukses yang beretika, dan bekerja keras.
7. Bersahabat dengan ketidakpastian Dalam bisnis sering terjadi ketidakpastian, bahkan bisnis dianggap kegiatan berselancar di antara gelombang ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi bila kita tidak mengenali sesuatu, jadi cara mengatasinya tak lain bersahabat dengan ketidakpastian itu. Cari data dan informasi, sampai Anda mengenali ketidakpastian itu serta risikonya.
Sumber : Majalah CHIC
Swiming nipong
Hanya curug dengdeng di jali raja di tepi desa. Tapi airnya jernih dan jauh dari kebisingan deru debu, plastik, asap, dan polusi dunia.
Hanya pucuk pinus dan batu besar yang berjajar...
Andai aku bikin rumah di tepinya...
Sebutir gabah dalam sajian
Untuk suapan yang ke sekian kali, aku mulai cegukan pertanda harus kudorong dengan beberapa teguk minuman.
Mataku tiba-tiba menangkap bayangan butiran emas dari bongkahan putih nasi, agak blur memang karena posisiku mendongak dengan tatapan mata ke arah pucuk gelas.
Lalu kuperhatikan butiran yang tadi samar terlihat menyerupai emas, dan ternyata sebutir gabah. Untuk tingkat ini, aku tidak memperdulikannya karena nasi yang kumakan berasal dari beras, dan beras terbalut oleh merang.
Beras yang dibalut oleh merang itulah disebut gabah, karena terlewatnya proses membersihkan, sebutir gabah turut serta dalam nasi yang tersaji dalam makan siangku.
Napeni, adalah proses membersihkan beras dimana beras ditaruh dalam tampah yang digoyang-goyangkan lalu gabah akan berkumpul di posisi paling atas, tangan wanita itu dengan penuh ketelatenan memungut gabah-gabah itu
dan memisahkannya dari beras itu. Setelah itu, tampah kembali di gerakan ke atas dan ke bawah sehingga beras seperti terbang lalu ditangkap lagi oleh tampah. Ketika beras mabur ke atas, disaat itulah merang, atau kulit gabah akan terbang terbawa angin, kalaupun tidak ada angin hempasan tampah yang naik turun itu sudah cukup untuk menghempaskan kulit merang yang sangat enteng itu.
Terlihat anak-anak ayam begitu gembira lalu lalang di bawah tampah menikmati menir, atau beras patah yang ukuranya kecil-kecil terbawa angin tadi.
Tak ada gading yang tak retak, setelaten apapun wanita itu membersihkan gabah di antara beras, tetap saja sebiji gabah hinggap dalam sajian makan siangku. Mestinya si penanak nasi tidak begitu saja menyerahkan sepenuhnya
tugas membersihkan kepada penapen beras, ia juga bisa membuang butiran-butiran yang bukan beras. Kepada airlah beras-beras yang akan dimasak menjadi nasi kembali dibersihkan untuk terakhir kalinya, di sana nanti akan dijumpai kulit merang yang enteng akan mengapung dan dibuang bersama mengalirnya air. Sementara satu biji gabah nyelip di antara beras pagi ini, sehingga turut matang bersama nasi.
Riut
kembang riut. sumber: wikipedia |
Mumet itu penting, rilex juga penting dan lebih penting lagi adalah hidup yang berimbang. Apa bedanya seimbang sama berimbang? pikir dewek saja bege lah.
Aku sedang teringat sama teknologi layar sentuh, atau istilah kerennya touch screen, atau sentuh dan reaksi. Heran dan kagum udah hal lumrah bagi kita kalau melihat yang diluar kebiasaan, tapi setelah teknologi ini ternyata cuma meniru dari tumbuhan liar yang bernama putri malu, atau kalau di kampungku disebut Riut, atau latinnya Mimosa pudica maka keheranan itu menguap terbawa gravitasi pluto.
Keheranan ini aku kumpulkan di benak dengan munculnya rasa penasaran ketika Anak pertamaku bertanya kepadaku kenapa tumbuhan itu kalau disentuh mengincup?
aku jawab, karena malu...
kenapa malu?
karena ada sensor alami
apa itu sensor?
aku terdiam sambil mengumpulkan jawaban yang praktis
Tanaman putri malu sering kali kita jumpai bahkan mungkin kita injak, selalu menjadi bahan penelitian siswa SD atau mungkin SMP. Pertanyaanku selanjutnya adalah? kenapa pohon tersebut hanya perdu, tidak tinggi, tidak berbuah? lalu kenapa ada durinya yang tajam?
kalau mawar okelah pakai duri segala, semacam buat tantangan bagi siapa saja yang ingin menyentuh mawar indah atau memetiknya.
Pasti ada gunanya....
apapun itu aku yakin tanaman ini memberikan contoh kepada kita, bahwa rasa malu harus tetap kita jaga. Dan bila semua manusia tidak punya rasa malu, maka biarkanlah jika rasa malu hanya dimiliki si tanaman perdu ini.
Maka jangan heran kalau ada aku sebut riut screen, ini untuk menjawab pertanyaan bagi orang-orang yang mau berfikir tentang kekuasaan Allah dan keajaiban alam atas izin-Nya.
Pirnang pirdud
Kami punya rombongan berjumlah 5, bukan gerombolan ya?.. catet itu..
ceritanya lima sekawanlah, kaya pilem cerita minggu siang di stasiun kesayangan TVRI. Kalau bermain selalu menyesuaikan musim permainan, kalau lagi musim kelereng, maka kantong celana penuh gembolan kelereng. Kalau lagi musim karet gelang, lengan kami selalu penuh dengan karet dengan kebanggaan. Kalau lagi musim plintheng (ketapel) kamipun kompak selalu membawa senjata purba itu ke manapun kami pergi.
Pada suatu hari, kami berhenti di gubuk pak tani di tengah ladang. Tidak perlu khawatir tentang lapar, karena setiap kita mau jalan pasti pulang dari bermain perut sudah kenyang. Di gubuk itu ada pisang matang yang masih utuh ditandanan, sikat... dengan kompaknya. Yang namanya jaman itu, komoditas perkebunan di kampung kami mengalami surplus. Bahkan orang tua kami dengan gagahnya menebang semua pohon cengkeh, ketika gonjang-ganjing ada monopoli harga cengkeh yang tidak pernah kami pahami kenapa. Setelah kenyang makan apa saja yang tersedia di kebun, kami berleha-leha sambil memainkan mainan yang kami bawa. Ada yang corat-coret di tiang gubuk dengan arang bekas pembakaran, ada yang mancing undur-undur, dan beberapa lainya sedang mengagumi binatang yang so'soan.
Kami terpingkal-pingkal ketika binatang ini diketahui adalah kadal pethek, atau cicak terbang. Bagaimana tidak terbahak-bahak ketika temanku langsung bikin tebakan.
"hoi, binatang apa yang paling sombong dan gaya?"
kami termangu dan berfikir...
"mana ada binatang sombong, paling macan, iya kan?"jawab salah satu dari kami
"Salah..!!! ada kok di sekitar kita.." jawab pembuat kuis.
Buntu, tak seorangpun bisa menjawab pertanyaan itu.
Lalu, Isaak rabin, nama temenku itu menunjukan tanganya ke arah pohon sengon (albasia)
"itu tuh, binatang paling gaya dan sombong, mosok batang kayu sebesar itu ia ongkrag-ongkrag (goyang-goyang)?"
kamipun dengan seksama memperhatikan kadal pethek ini memastikan gayanya, ternyata benar.. disamping ada lidahnya yang kuning (seperti lidah) ia seperti push up, mengangkat tubuhnya lalu menurunkan tubuhnya sementara ke empat kakinya terlihat seolah-olah sedang menggoyangkan pohon agar buah, atau serangga yang ada di pohon itu berjatuhan.
MasyaAllah...
bocah...bocah...
Kemudian kami punya nyanyian untuk mengusir kadal pethek ini agar pindah tempat. Karena berpindahnya kadal pethek adalah pemandangan yang menyenangkan. Ia melayang dari satu pohon ke pohon lainya seperti terbang, padahal ia tidak punya sayap.
Begini mantranya:
♫..♫.. pirnang pirdud, mampir nginang mampir udud....
Mengulur waktu
Rolasan
Perbatasan
Terasi
Gambar: Google |
Gondrong
Aku berjanji kepada diri sendiri untuk menggondrongkan rambut. Seumur hidupku kepalaku selalu cepak dan lebih sering cukur plontos cuma karena tidak nyaman kalau gondrong, ruseb.
I love the way you lie...
Teori kekacauan
Pernahkah terpikir oleh kita tentang bagaimana sebuah lingkungan kita tengah dilanda kekacauan baik negara maupun masyarakat sekitar?
Mungkin ini hanya ilusi pagi hariku saja. Pagi yang hujan gemerot. Tau gemerot? Salah... bukan itu. Gemerot adalah deras dan lama. Chaos conspiration, istilah kerennya. Merupakan rangkaian praktek dari teori kekacauan dimana segala sesuatu yang bertubi2, acak namun kalau ditelusuri dari awal akan ditemukan polanya.
Persis di tempatku bekerja semua personal dibuat pontang panting dengan instruksi acak, cepat, multi dan semua bisa via email atau verbal by phone. Tujuanya tentu supaya kita siap dengan segala situasi, berpikir cepat dan tanggap terhadap hal baru. Itu pencapaian positifnya. Kalau negatifnya? Tentu saja kita akan pusing, frustasi, merasa lelah dan buang energi. Itu baru skala kecilnya. Kalau mau yang besar kita bisa jumpai di negeri tercinta ini. Kasus bertubi2, berita acak, fitnah berhembus seperti angin muson, dan lain2 yang sulit kudeskripsikan tapi semua orang merasakan pola acaknya negara ini. Tujuannya apa? Sebagai warga negara yang baik, mari kita telusuri dan pekajari apa yang kita bisa dari yang terkecil yang kita dapat. Untuk apa? Supaya bisa menemukan pola nya.
Mumet?
Sama...
Plis doang
Karena jarak memisahkan aku selalu menemukan hal baru pada si kecil, kriwil aya. Liburan kemarin adalah musim "plis doang'. Bagaimana tidak terpingkal-pingkal, pertama mendengarnya aku dibuat bengong ketika merengek sesuatu
Tapi karena tidak kunjung kupenuhi dia bilang sambil pake mimik memelas lucu dan berkata "plis doang paaa.." sebuah kombinasi kata yang aneh di telinga. Yang lazim kudengar adalah plis dong atau please deh.. lah ini kok plis doang.
Kalau bulan sebelumnya dia ikut ikutan bahasa gaul terkini. Tapi apa yang dia katakan?
"Kasih tau ya nggak?".. aku biarkan terkekeh kekeh tanpa mengoreksi versi benarnya. Aku tau saat itu dia lagi sibuk soal tata bahasa dan belajar huruf R yang belum ada hasil dari kecedalanya. Tepat awal desember lalu dia sukses mengeja huruf R. Maka setiap kata yang mengandung huruf R maka ia akan tebalkan dan panjangkan huruf R itu.
Cemlang-cemlong dan spontan adalah khas si kriwil ini. Beda jauh dengan kakaknya, nipong han yang cenderung kalem dan santai tapi kesenggol dikit marah membahana.
Lagi2 aku kehilangan moment saat2 si kecil explorasi hal2 baru dalam hidupnya. Perkembanganya kumonitor dari ujung telefon yang istri laporkan.
Mereka akur dan musuhan seperti umumnya kakak beradik di manapun di belahan dunia ini.
Sekarang mereka lagi menyukai idola cilik 'coboy junior' yang besar mengidolakan ikbal si kecil mengidolakan personel lainya. Dari situ gesekan sering terjadi karena saling hujat dan klaim mengenai siapa idola masing2.
Ini nggak bener.. kenapa anak2 jaman sekarang tidak diperdengarkan lagu anak2. Kenapa stasiun tihwi juga tidak menampilkan album minggu anak seperti pada jaman sebelum ini?
Salah asuhan? Plis doang ........!....
Lejing mania
kalau mau ancur, ancur saja mestinya, atau bila gak mau ekstrim banget ya kalau lebih suka berketat-ketat ya mbok jangan bawa embel-embel muslimah. Standar,,,
Jaman sekarang sebagai pria makin berat tantanganya untuk menjaga pandangannya. Udah pengin njaga, tapi pemandangan itu nongol sendiri. apa iya kita mesti merem?
Jaman dulu mungkin iya, kita bisa cari-cari mana yang minim dan sexi, bisa di halte, bisa boncengan sepeda motor. Lah sekarang? gak usah tengok kanan kiri... wong memandang ke semua sudut kita sudah dihadiahi pemandangan menakjubkan.
Ketika aku di amanahkan untuk membelikan legging untuk istriku, mendadak aku heran bercampur senang. Herannya, aku begitu mudah untuk menemukan celana legging ini. Aku tidak perlu ke Mall, atau toko pakaian, di pasar ujung Gangpun tersedia lengkap dengan aneka warna dan ukuran. Senangnya, aku akan dapat suguhan paha di dalam legging, meski sudah tau isinya, aku akan tetap penasaran, siapa tahu setelah dibungkus legging isinya bisa berubah menjadi paha kehidupan.
Berpakaian tetapi telanjang, itulah legging dalam pelupukku.
tobbaatt.....
Sewu kuto, sewu rai
Dari mana kau berasal, akan menampilkan dirimu. Aku yang berasal dari kampung dengan wajah ndeso dan penampilan katro dan setiba di ibukota tak banyak berubah dari caraku menampilkan. Seharusnya berubah nggak sih ya? Aku pengin sangar dan garang, tapi pernah kucoba dan gagal maning.
Ada sebuah kisah, dari ndeso juga..Ia dulu ya serupa denganku, ya ndeso ya dari kalangan wong penginyongan. Tapi sekarang karirnya sudah mulai menanjak, dan tentu saja status sosial aka mengikut dengan sendirinya. Kehidupan membaik, segalanya berubah... Keramahanya berkurang, kedatangannya pada kerabat dan teman juga tidak lagi berimbang. Pasti itu semua bersembunyi di balik jubah kesibukan. Tapi ada yang sedikit aneh, anak-anak dan ia sendiri yang dulu panggil mama kepada istri dan emaknya, mereka kini sudah memanggil Bu. Itu baik.. sesungguhnya panggilan terbaik... tapi apa iya harus menunggu di kelas tertentu ketika memanggil Bu? Atau ini gejala sosial di Indonesia saja? Lah di Arab, semua anak akan manggil ummi kepada ibunya, di Amrik akan memanggil mom kepada ibunya...
Lalu?
Pelosok
Jakarta minggu pagi yang dingin, tertera di hapeku suhu menunjukan 25°C. Sepertinya semalam hujan rintik telaten sampai subuh berkumandang. Bukan hal baru bagiku untuk terbangun pagi subuh dengan tangan menggapai2 seoalah ada tubuh hangat di sampingku. Terbangunlah dan kembali tidur dengan senyaman mungkin.
Kali ini bangun kedua kali untuk gerak gerik seperti biasa. Nggulung spre yang sudah terasa kasap (r) dan beberapa noktah bekas hujan rembesan dari plafon. Bau khas tubuhku lepas dari deru angin saat spre kutarik kasar yang terjepit kasur. Kata istriku bau yang harum. Ada2 saja rayuan seorang istri kepada suaminya.
Meski matahari tak bersinar sepanjang hari ini aku tetap melanjutkan mencuci dan menjemur baju. Tugas ganda membuatku garang dan teguh terhadap keyakinan bahwa perempuan itu sangat kuat dan tahan banting. Ia cuma dibekali perasaan halus saja sehingga pekerjaan soal belakang dilakukan dengan penuh suka cita. Maka aku tak pernah heran bila pekerjaan rumah tangga dihiasi wanita.
Yang mereka komplain biasanya adalah semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukan tidak pernah terlihat. Beda dengan suami yang mayoritas sebagi pencari nafkah. Tindakan semena2 sering ditunjukan suami karena merasa dominan. Padahal yang ideal adalah bahu membahu. Aku tak segan membantu mencuci apabila istri sedang kerepotan atau sedang menderita sakit. Aku juga bisa memandikan anak, membetulkan letak genteng penyebab bocornya rumah. Namun sungguh sayang itu semua kulakukan karena jarang bertemu.
Pelosok menjadi takdir kami memiliki tanah lahir di ujung desa berdampingan dengan hutan punus. Sekilas orang mendengar tentu seperti firdaus saja hidup di dekat hutan dan melintas sungai jernih. Ya, hidup memang pilihan dan kami memilih cara ini meski pilihan yang pahit. Di balik pahit selalu ada manis, itu pasti dan terbukti.
Pulang dan pergi dari dan ke jakarta menjadi tantangan sendiri.namun ternyata tanpa kusadari sudah kulewati puluhan tahun.
Untuk melihat kota kabupaten saja perlu menempuh jarak 35km dengan waktu kurang lebih 2 jam. Maka ketika keluarga dari kampung ini datang ke kota kami seperti kisah kabayan. Terutama si kecil yang teriak2 dan berlari ke sana kemari aku hanya memperhatikan saja sambil tersenyum. Terlihat mamanya kerepotan harus menarik tanagn si kecil yang berontak dan melerai liarnya teriakan si kecil dengan sssstttt ampun berisik. Aya menciptakan keramaian di tempat keramaian. Si kakak terlihat cool tanpa banyak bicara seperti biasa.
Sudah mau jam 11 tak seorangpun menawarkan makanan itu tandanya aku segera mencari. Itulah bedanya kota dan pelosok...
Kisah klasik
Hanif & Alya
Kalian sudah makin besar. Keduanya sering bertengkar namun saling mencari satu sama lain jika salah satunya tidak ada.
Kini ayah kangen meskipun baru sehari tidak berasama kalian. Apakah kalian merasakan?
Perjalanan balik dari kampung di awal tahun 2013 kacau balau dan diluar dugaan. Hari ini aku membolos kerja karena datang siang. Badan kaku rengkeng dan nggak mungkin memaksakan diri berangkat kerja dengan kondisi buruk.
Aku bukan orang yang mudah tidur lelap di kendaraan apapun untuk perjalanan jauh. Makanya paling oke adalah berangkat dari kampung harusnya pagi dan sampai di jakarta malam lalu istirahat.
Sebenarnya kemarin juga sudah dirancang seperti itu namun semua tiket ludes terbeli duluan. Namun aku tetap senang karena masih sehari lagi bersama hanif dan alya. Itu ceritaku, apa ceritamu..?