Biar Nggak Lupa

Setiap tahun biasanya aku tandai di kalender tanggal-tanggal penting, entah itu hari jadi anak atau istri atau karib sekalipun. Tapi seiring bertambah usia dan beban tanggung jawab kehidupan memaksaku jauh dari corat-coret. Dimudahkanya corat-coret fisik menjadi digitalisasi tidak serta merta menjadikan segalanya mudah. Harusnya aku setting saja di kalender pada handphone ngandroid, tapi terlanjur lupa dilaksanakan. Dan pada pagi ini, aku lalai terhadap hari jadi istriku. Pagi-pagi diajakin ngobrol di whatsapp sampai nyindir pakai kirim gambar kueh ultah, tapi dasar lalai jadinya tidak juga menggapai ngeh dengan seketika. 

Di kalender selalalu satu baris vertikal, karena aku di tanggal muda dan istri di tanggal seminggu kemudian maka tanggal itu selalu beriringan. Dan akhirnya kuucapkan kata-kata sederhana, sayangnya aku tidak hadir bersamanya. Sebenarnya bukan hal yang rumit dan penting juga, karena dari dulu kami tidak menjadikan hari lahir menjadi hal yang istimewa. Yang istimewa hanya ketika bertemu dan berkumpul untuk beberapa hari, beberapa malam. 

Kalau saja hatiku serapuh salju tentu saja aku tidak pernah sanggup lagi berjauhan seperti ini. Apalagi dengan terpaan goda demi goda yang menghadang. Kami bukan malaikat yang selalu lurus-lurus saja, menyayangi dan mencintai keluarga dari jauh itu seperti menggenggam air, kalau dibuka akan tumpah kalau terus kugenggam air bakal menetes. Entah benar entah tidak perumpamaan itu, tapi hanya itu yang bisa kupikirkan saat ini. Aku sangat protektif, hanya bisa kasih nasihat dan nasihat, dan beruntungnya aku punya istri yang bisa menjaga diri ketika jauh dari suami. Sementara aku masih seperti ini, hati dan pikiran tidak tertata rapih. Dan setiap berkumpul menjadi ajang bertukar pendapat dan keluhan, dan aku seperti kotak saran di pojokan instansi, berlonggar jiwa dan hati untuk menerima segala keluhan. Istri yang pencemburu adalah kebanggan, namun janganlah menyerang tanpa bukti yang jelas. Benar juga sebetulnya, setelah aku baca satu-satu saran-saran dan complain yang masuk. Agar tidak berhubungan dengan wanita-wanita di dunia maya. Kalau mau berfacebook, ia juga minta akun facebookku beserta password, dia pengin lihat apa isi inboxku. Begitulah istri, batinku. Aku memenuhinya dengan pelan-pelan dan satu demi satu tak bisa sekaligus.

Intinya adalah, ia pengin aku utuh tak berbagi hati dengan siapapun. Aku memahami itu, ada tapinya... tapi mbok ya juga memahami situasi seorang lelaki ketika jauh dari keluarga, tidak ada hiburan. Karena manusia itu perlu bersosialisasi dan lain-lain. Bagaimana kalau aku berhenti whatsapp, bbm, facebook ketika tidak ada kesibukan tapi aku jadi penjudi, pemabuk, dan berkeliaran di tempat-tempat mesum? diam tak ada jawaban. So, lebih baik tidak dua-duanya. Jadilah suami yang baik dan menjaga diri. 
Iya, kataku singkat.

Happy Birthday, Mama Alya Khanza & Hanif Zaid