Mentalitas

Setelah keluar dari sebuah perusahaan besar berskla nasional, aku memulai usaha dari enol tanpa pengetahuan sedikitpun tentang manajemen bisnis bagai berjalan di tengah hutan lebat. Prinsip bagaimana nanti benar-benar terjadi, tapi aku tak ambil perduli. Yang penting nekat saja sambil belajar dengan bertindak. Artikel manapun kalau membahas dunia entertainment pasti yang menjadi topik utama adalah mental menghadapi banyak hal termasuk cemoohan dan diskriminasi. Setelah hampir 7 bulan berjibaku di kampung halaman idealisme saat di tanah rantau kuterapkan satu-satu. Bagaimanapun modal tetap bicara. Retail sudah bukan menjadi bisnis menggiurkan, karena persaingan super ketat. Harga dan pelayanan menjadi penggerak utama pelanggan. Selisih sedikit saja pelanggan akan mudah beralih ke lain hati. Makanya aku buru-buru merubah fokus usaha ke beberapa sektor, dari financial, jasa, dan salon kecil-kecilan, tapi entah kenapa usaha di desa masih jauh dari harapan. 

mumet....