Wanita mulia

Mungkin orang lain akan menganggap hal biasa saja terhadap peristiwa yang dialami di sekeliling hidupnya, namun bagiku setiap hal yang terjadi di depanku menjadi hal menarik yang tidak bisa aku acuhkan begitu saja. Spekulasi yang beresiko tinggi aku ambil dalam kisah hidup yang berkali-kali pernah kuceritakan di postingan sebelumnya. Usia mapan dan pekerjaan duduk manis dengan masa kerja yang senior tidak membuatku nyaman baik fisik maupun mental. Lagi-lagi akumulasi kerinduan terhadap hidup normal yang berkumpul dalam suka dan duka bersama keluarga yang sekian lama ditinggal mementahkan segala idealisme karir. Akhirnya aku hengkang dari perusahaan yang telah membawaku sejauh ini seperti yang aku rasakan, tidak pernah sedikitpun menghilangkan rasa syukur atas rejeki melalui perusahaan tersebut. 

Memulai hidup di suasana kampung yang kuimpikan hampir selama 20 tahun di perantauan akhirnya terlaksana. Hidup sederhana dan alakadarnya karena fokus buat menggerakan usaha dan menghidupi anak istri. Modal pas pasan menjadi landasan utama untuk membenarkan saran-saran gairah usaha dari para ahli motivasi macam om Bob, om Mario dan sederet nama beken macan panggung. Tapi setelah menjalani usaha sendiri betapa sangat banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi, ini mungkin menjadi salah satu titik lemah para calon pengusaha muda kenapa menuai kegagalan dan cenderung menyukai karir di bidang pekerjaan konvensional menjadi pegawai atau karyawan.

Hidup dengan segala cara kulalui tak lagi memikirkan penampilan, tidak juga memikirkan istirahat yang cukup. Hidup dan waktuku kucurahkan penuh untuk usaha, anak-anak, dan keluarga seutuhnya. Di pertengahan mulai terjadi kekacauan cash flow tidak berimbang, banyak pengeluaran sementara omset penjualan dari usaha klontongan dan jasa lain semakin sepi. Aku semakin menjauh dari sang maha kuasa, karena rasanya tidak adil kenapa menjadi kacau seperti ini, bukankah aku keluar dengan tujuan mulia agar menjadi ayah bagi anak-anak dan hadir dalam keluarga sebagaimana layaknya keluarga sakinah?. Keluar dari pekerjaan juga sudah menengadahkan tangan bermunajat memohon petunjuk-Nya agar diberi kemudahan di hari-hari berikutnya. Tapi semakin ku menjauh, semakin tidak karuan...

Untuk menghilangkan jenuh karena kurang sibuk dalam usaha, lalu membeli kambing yang harus diberi makan rumput atau daun daunan. Setiap ke hutan saat kemarau panjang Juni - November 2015 selalu merenung hidup ini sangat indah, bukankah ini yang kuharapkan selama ini? terimalah...bersyukurlah. Apa artinya uang yang kau harapkan sekian jumlahnya bagi Sang Pencipta? sangat mudah dan kecil... pikirku. Lakukan saja yang bisa dilakukan...

Merenungi hidup menjadikan kelembutan hati hadir kembali, ini....ini mungkin maksudnya. aku sangat mudah tersentuh dan menitikan air mata dikala banyak kekurangan, merefleksi orang lain disekitar yang jauh dari kesempurnaan. Ya Rabb, ketika masih bergajih aku dimudahkan untuk melakukan kebaikan, menyambangi orang tua ala kadarnya, anak yatim dan orang yang membutuhkan. Sekarang aku sudah tiada daya kecuali kekuatanmu. Anak merengek minta sesuatu tidak bisa mengiyakan adalah pukulan keras bagi seorang ayah, melihat ibu yang makin tua rasanya kok belum bisa membahagiakannya. Bahkan kalau aku bertandang ke rumahnya ia yang sedih dan menangis karena melihat anaknya dalam kesusahan. Tapi aku tidak pernah memperlihatkan kesusahan dan tetap ceria. Dia sangat berharap aku bisa bekerja lagi kasian anak-anak lagi perlu biaya besar,... lalu aku terhenyak dan bersimpuh di kakinya.


Ku ambil air dalam baskom, ada handuk kecil yang kusiapkan kucuci kakinya dan kuminum bekas cucian kaki ibu, Sambil kupeluk kukatakan, ibu, maafkan anakmu yang belum bisa membuatmu bahagia, doakan anakmu agar mendapatkan kemudahan dan bisa bekerja lagi atau bisa usaha dengan lancar dan rejeki lancar. Ibu, jika ada ganjalan atau dosa-dosa anakmu sejak kecil maafkan ya bu... aku tahu ibu sangat sedih melihatku seperti itu, tapi aku yakin doa ibu sangat manjur. Aku kembali mendekatkan diri kepada ilahi...

Beberapa bulan kemudian, tanpa kusadari karena semua seperti buntu. CV yang kukirimkan via email maupun titip tak satupun ada respon kecuali janji-janji tiada ujung baik Semarang, Batam, maupun Jakarta. Tapi berkat pertolongan Allah, aku diterima bekerja di perusahaan baru tanpa test tanpa ijasah... tinggal masuk dan sebutkan gaji yang diminta. 

Thanks Allah, ibu, my wife dan orang-orang yang tetap ada ketika aku dalam kesulitan. Semoga kalian selalu diberi kemudahan dan sehat walafiat. Icem including....