Antara tetesan dan aliran

Orang Jepang itu suka bikin blog nggak yah, atau senang menulis mengeluarkan buah pikirannya? Aku selalu tertarik dengan etos kerja mereka, apapun yang mereka buat seperti terlihat canggih, sudah diperhitungkan segalanya. Dulu aku sangat tidak suka kartun Jepang yang pelit gerakan, untuk adegan lari atau menangis saja hanya gambar diam lalu diberikan garis-garis beterbangan. Itu produk imajinasi mereka, belum yang ketrampilan tangan dan kreativitas daya pikir bagaimana merancang mesin, robot dan lain-lain. Kadang mikirin rangkaian kepandaian mereka aku jadi merasa paling bodoh sedunia. Aku itu bisa apa? 

Apa sudah ditakdirkan orang Indonesia hanya pandai membeli karena kita terlena punya sumber daya yang melimpah? Jadi gampangnya, buat apa kita repot-repot kita adalah raja bisa beli apa saja kenapa kita pusing mikirin bikin sesuatu. Nah.. pasti bukan seperti itu sebetulnya. Tapi namanya juga menebak-nebak situasi. Pikiran itu sering melintas saja..

Sabtu pagi nan mendung, lumayan sejuk untuk sekejap lagi memejam mata menata mimpi masa depan lanjutan epsiode semalam. Terbangun jam 9 dan begegas mandi dan pergi ke kantor.. sarapan nasi uduk kuning yang entah bagaimana komposisi gizinya, yang penting warek sik. Ngindonesia sekali rupanya.. Berita pagi ini seorang menteri wanita yang memimpin departemen baru entah itu perlu entah dipaksakan, membuat pernyataan terkait semakin sulitnya swasembada pangan di tanah air, lalu ia berseloroh agar rakyat jangan makan banyak-banyak sekali-kali diet. Dan ketersinggungan terwakili oleh beberapa tokoh yang geram karena rakyat kecil sejak lama sudah priatin. 

Hidup kembali di Ibu Kota...
Rasanya nano-nano, kalau melihat mobil terbaru dan yang di dalamnya terlihat jarang tersenyum, pasti itu orang kaya. Orang kaya bisa terbagi menjadi tiga, karena kerja keras dan prihatin sejak dulu karena turun-temurun, dan yang bernasib baik. Aliran rejeki memang tak pernah ada yang sama takaranya, karena pasti sudah diatur agar semua berjalan saling membutuhkan.

Keinginan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar, minimal lingkup lokal selalu mendorongku untuk tetap bertahan di segala medan yang kulalui. Hidupku tak ingin ada musuh, dan berkawan dengan siapapun.. 

Doaku untuk seseorang yang sedang sakit, semoga lekas sembuh dan hilangkan segala pikiran negatif agar hidup yang mulai matang ini semakin memantapkan hakikat kehidupan. Masih banyak hal yang tertinggal dan menuliskan kisah hidup di dunia nyata. Beberapa hal kelak mungkin akan terangkum di sini, siapa tahu orang jepang tertarik dengan tulisanku.

Tetes embun lambat mengalir dan jatuh ke bumi,
aliran mata air deras meluncur dari bukit ke landai
genangan embun menggantung membentuk bongkahan keindahan
aliran air gemercik membangun suasana kebahagiaan
Kitab Allah Al-Quran sering menggambarkan keindahan surga yang mengalir di bawahnya sungai


ndive et impera

Dunia ini sedang bergolak, rupanya kemajuan tehnologi yang sudah berhasil meringkus ribuan proses menjadi beberapa proses saja, di berbagai bidang tidak serta merta manusianya mencapai kedamaian. Semua panas dan ingin meraih apa yang belum diraih. Timur tengah bergolak, itu sudah kudengar sejak masih dalam ayunan hingga usia dewasa ini. Itu kelas berat, tak mungkinlah otaku nyampai ke sana. 

Kelas-kelas teri di depan mata juga luar biasa banyaknya. Keluarga banyak yang makin jauh, persahabatan mudah runtuh. Ada pula pertemanan berlangsung bertahun-tahun, seperti ada yang ngbrak abrik padahal itu bukan maksudnya begitu. Tapi aku tidak akan menyalahkan pihak manapun, soalnya mungkin ada yang gelap mata. Dikiranya kehadiranku di kota ini menjadi kembali dekat pada seseorang yang ia sayangi. Nggak kepikiran lagi buat aneh-aneh, bro... silahkan bagi yang belum merasakan petualangan hidup. Aku sudah alami...

Sebenarnya ingin sekali menemani hari-harinya, karena akupun perlu teman ngobrol tapi sepertinya aku jadi enggan, khawatir kalau-kalau Bang Rhoma kehilangan Mr. H mu. 

Bungkus...

Kemarau di Musim Hujan.


Januari 2016 cuaca kota Jakarta semakin panas tak terkendali. Aku membayangkan yang punya bayi pasti uring-uringan. Musim hujan kali ini tidak disertai hujan yang bertubi-tubi. Ku mulai lagi hidup di ibu kota dengan hal-hal baru dan beberap hal lama masih berkelanjutan.

Semalam kawan dari Senen datang dan menginap, ngobrol sampai dini hari karena aku lelah dan senin biasanya hari yang padat, aku akhiri saja obrolan dan mempersilhkan tamu untuk istirahat. Ngrejep beberapa menit, lampu mati. Rasanya geram dan salah tingkah karena kepanasan..

Hujan sepertinya mulai memilih-milih mana yang layak dapat siramanya.

Makin hari makin banyak orang angkuh karena keakuan dan merasa memiliki banyak hal. Kelak kalau aku menggapai semua impian, tidak akan kulakukan hal yang sama.


Kalau ada 10 orang so-soan, aku adalah 1 orang yang biasa biasa saja. Kalau ada orang 100 merendahkan orang lain, aku adalah 1 diantaranya yang menyamakan perasaan. 

Boros Batre

Aku begitu menikmati pemandangan sebuah object manusia yang tengah duduk di ruang tunggu Bandara, ia begitu asyik berkirim kabar melalui ponselnya yang mungil dan layarnyapun monocrom ukuran kecil saja. Setelah selesai berkirim kabar dengan sigap ia masukan ke kantong bajunya. Lalu terlihat membuka surat kabar dan sesekali ngobrol dengan orang yang duduk di sebelahnya.
Sementara di ujung sana, seorang wanita muda terlihat begitu sibuk dengan Ponselnya. Ia menunduk dengan muka mengerut kadang tersenyum sesekali ia menengadahkan handphon dan mengambil foto diri dan kembali larut dalam dunianya. Tak lama berselang, ia manyun dan menggerutu sambil mengeluarkan ‘Powerbank’ dari dalam tas warna coklat yang ia taruh di sampinnya. 

Menyadari sepenuhnya kalau setiap lompatan teknologi akan selalu memunculkan efek baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku sebetulnya korban dari peradaban, kalau tidak salah sebut atau mungkin bagian dari perkembangan jaman itu. Sulit dhindari sama halnya sulit menghindari berdetak ketika jumpa dengan si dia. Hadirnya smartphone sesungguhnya membantu manusia untuk menyederhanakan tekhnik penggunaan sarana informasi/komunikasi dari komputasi ke genggaman. Tapi embel-embel hiburanya justru lebih banyak ketimbang hal produktif yang seharusnya. Kalau bicara melalui telfon saja tidak cukup, akan berlanjut di chating. Chatingpun beraneka ragam lalu disusul social media seperti Fesbuk yang bikin orang banyak kecanduan. Ha… sampai di sini aku hamper terkejut karena ketersinggunan diri. Entah apa namanya kalau membahas hal yang menyangkut diri sendiri tapi sebetulnya muak dan ingin berhenti.

Membuat hal tidak penting menjadi terlihat penting, itulah sifat smartphone saat ini. Hal yang luput dari banyak orang saat ini adalah borosnya sumber daya batre. Banyak sekali waktu terbuang karena ngurus telpon pintar yang mau bentuk tablet maupun kapsul. Dan lagi-lagi aku harus memiliki powerbank karena sifatnya yang boros itu. Aneh… 

Semakin bening layar semakin pula daya yang terkuras, seperti itu juga wanita. Semakin kinclong dia semakin boros dana yang harus dikuras, kalau saja telat ngecas dipastikan ia akan terlihat kusut dan kelam. Maka aku lebih menyukai henpun keypad, monocrom dan mungil. Ia didesain memang untuk komunikasi dan menghasilkan uang, efesien dan efektif. Sehingga tidak bisa dipungkiri aku lebih menyukai nokia brocek ini ketimbang musti kredit lagi buat nyamsung atau nge brand. Tidak penting, sungguh..!