Sederhana itu baiknya diupayakan, bukan karena tidak mampu

Suatu hari Umar bin Khattab radhiallahu’anhu menemui Nabi Muhammad SAW di kamar beliau. Ketika Umar masuk, Rasul sedang berbaring  di atas sebuah tikar yang telah usang.
Tikar tersebut membekas dipunggung beliau, maka air mata Umar menetes tidak bisa menahan kesedihannya melihat keadaan Rasulullah.  Lalu Nabi Muhammad Saw bertanya sambil memandang Umar,“Apa yang membuatmu menangis wahai Umar?”

Umar menjawab dengan suara tersendat karena tangisan, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis, sedangka  tikar ini membekas dipunggung engkau. Aku juga tidak melihat apapun di rumah engkau. Para raja tidur di atas kasur sutra dan tinggal di istana yang megah, sementara engkau disini, padahal engkau adalah Nabi dan manusia pilihan Allah”.

Rasulullah kemudian menjawab sambil tersenyum, “ Wahai Umar, kebaikan mereka dipercepat datangnya dan kesenangan mereka itu pasti terputus. Sedangkan kita adalah kamu  yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka!”.

Mendengar ucapan Rasulullah, Umar tersenyum.

Hal baik

Kesempatan setiap orang tidak pernah sama, meski ia dilahirkan dari satu rahim. Nasib dan kesempatan selalu beriringan guna menciptakan kehidupan yang baikah atau sebaliknya. Hiruk pikuk pikiran kadang cuma karena kita tidak bisa mengelola perasaan. Padahal pikiran dan perasaan seringkali bentrok. 

Dulu sebelum umurku kian matang (gemadhing) anak2 masih lucu-lucunya, menulis banyak hal itu sangat mudah dan ringan saja. Merefernsi kepada penulis handal macam Prie GS, atau bahkan redaksinya comot sana sini dari berbagai portal berita. Penyedia blog itu sebetulnya punya tujuan apa ya kok pada baik banget bikin system dan memberikan ruang (server) lalu membiarkan penduduk bumi menyimpan kisahnya di dunia maya, dan pasti foto segala macam. Tidak saja hanya blogger, pasti wordpresspun seperti itu. Tapi aku yakin tak ada yang gratis di dunia ini.. itulah sempat yang merubah nasib. Berfikir, menulis tapi tidak tentu menerapkan.. ada juga yang berfikir lalu bertindak sesuai jalan pikiranya. Kadang blunder juga, menulis makin panjang makin tidak jelas alurnya. Seringkali keluar dari topik, tapi untungnya tidak ada hukum menulis. 

Jadi, kenapa aku harus mengutip kata-kata archimides:

".okelah, tak perlu kuatir...dia tau cara menghibur diri.. jadi aku tak perlu memikirkannya lagi.. *aku bisa santai kalo begitu.. 👍😊"


Pengucapan bahasa penulisan dan gaya verbal juga kadang berbeda. Kutipan di atas adalah menjelaskan bagaimana reaksi terhadap pernyataan sebelumnya yang spontan karena obrolan non verbal. Aku bilang kutau apa yang harus kulakukan pun terhadap cara menghibur diri saat seseorang tidak ada waktu atau merasa terpaksa menemani. Maka bahasa tak perlu khwatir di sini adalah justru sebagai bentuk kekhawatiran terhadap lawan bicaranya. Terimakasih lho.. 😅

Dan saat menulis tak perlu memikirkanya lagi, sejujurnya bisa dipahami bahwa kau semakin memikirkanya. Instingku berkata demikian, silakan dibantah kalau tidak sesuai dengan hati nurani dan demokrasi. Telolet banget kan...

Misteri wanita separuh baya yang masih ber-bekhel, itu kubuka tanpa kututupi karena memang dasarnya aku tidak pandai bersandiwara. Bertindak seperti macam betul saja, meskipun selalu berusaha menjadi lebih baik-lebih baik. Pria dengan seribu alasan selalu mencari teman ngobrol, tidak selalu harus pacar. Lah kan sudah beristri ngapain pacaran, rugi bener.. kalau mau badung, badunglah secara total.  Jadi, kalau aku senang aku akan tertawa, kalau sedih ya berdiam diri, kalau marah ya meledak seperti manusia human being gitu lah.. bedanya kita diberi akal untuk memikirkan apa saja yang di seputar kita. Wanita berbekhel itu tidak sedang dalam sejarah hidupku, tidak mempengaruhi kesempatan dan nasibku juga, jadi ia adalah bagian dari komunitas yang kita dapat temui sehari-hari. 

Terhindar dari bencana

Libur dari penat pekerjaan tepat setahun bergabung di perusahaan baru kuambil fasilitas cutiku selama 4 hari. Ada tanggal istimewa di hari senin tepatnya tanggal 12 Desember, hari Maulid Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga total jendral berada di rumah selama seminggu. Hari-hariku menemani anak-anak membantu istri, cuaca yang mendukung membuatku lebih banyak menghabiskan di rumah sekedar menikmati teh hangat, goreng singkong atau pisang. Hujan bisa seharian penuh tanpa jeda.

Mengantar sekolah Aya setiap pagi menjadi kewajiban dan Nahda musti turut serta karena setiap anak kecil pasti menyukai naik kendaraan berapapun rodanya.

Suatu pagi, aku mengantar Aya sekolah dia duduk di belakang dan Nahda duduk di depan. Karena suasana gerimis mendung maka semua kupakaikan jaket. Termasuk diri ini sendiri, di tengah perjalanan ada sebuah lembah di sisi kiri jalan dan ada penghalang di tengah jalan tanpa papan petunjuk apapun tapi masih dilewati. Aku terus melaju pelan karena kupikir ada tanah longsor, tapi rupanya setelah belokan baru terlihat ada pohon bambu menjuntai di tengah jalan, kulalui pelan2 dan Alloh masih melindungi. Kami tersengat setrum dan aku kendalikan roda dua tanpa panik agar tidak oleng dan terguling ke selokan. Lalu kami selamat ke sekolah sementara anak2 menangis karena ketakutan.

Lalu setelah Aya sampai di sekolah, kembali ke arah rumah dengan sangat hati2 tanpa menyenggol pohon bambu. Ku parkir dulu sebelum lewat dan kugendong nahda dengan wajah ketakutan. Orang2 sudah berhamburan dari rumah menanyakan keadaanku lalu anaku direbut oleh seseorang dan aku disuruh mampir dan dibuatkan teh anget manis. Setelah reda, kuambil motor dan kembali ke rumah.

Sambil kupandangi, itu tanaman bambu rupanya putus dari batangnya karena kena aliran listrik kabel utama (yang paling atas) konon semalam sampai ada dentuman keras. Saking penasaranya, aku telisik hingga dekat dan ternyata masih ada percikan api kalau ujung bambu menyenggol ke ujung tanah dan aspal. Bahhh... kalau tidak karena perlindungan Allah, tentu hari itu aku trabas tanaman bambu yang menjutai itu.
Pretek...pretek...seperti di film2 itu.

712, setahun lalu

Hari dimana aku kembali mengukir ikhtiar sebagaimana takdir kaum adam yang musti mencari nafkah, setelah mencoba menetap di kampung halaman, suatu impian puluhan tahun yang lalu.

Bersama dalam suka dan duka adalah percobaan yang baik, karena kalau tidak pernah dicoba manalah tahu seperti apa hasilnya. Maka karena kepatuhan kepada perintah-Nya saja kulalui lagi cara yang dibentangkan untuku dalam mencari nafkah. Aku sekarang makin menghargai orang yang bergelut di bidang usaha, baik jasa maupun produk, apalagi orang yang sudah jadi pengusaha besar yang karyawanya ratusan, ribuan dengan menyerap berbagai latar pendidikan. Betapa tidak, pekerjaan orang usaha itu 24 jam. Semua harus dijaga konsistensi, penyebaran semangat kepada seluruh yang terlibat.

Kunfayakun akan menghinggapi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan usaha keras dan doa yang akan menuntun arah takdir ini...

Guyub di monas

Hari ini kumpul di monas bersamaan dengan acara indonesia kita.

Baru ngumpul bentar, bress hujan lebat dan kami berteduh di tenda TNI.

Kau pain ji...

RAMLI MUSTOFA

Berangkat ke monas menyusuri sunter, tembus kemayoran, senen, patung tani dan monas. Acara yang digadang2 menjadi tandingan terlihat acak adul, banyak sampah di sekitar taman. Bus dan aneka kendaraan parkir di tepi jalan. Aku datang mereka bubar jalan...

Masjid yang kulewati tadi menghadap persis ke danau sunter barat. Tampak megah dan anggun. Kuhentikan sejenak dan ambil foto ini..

Kapan kapan mampir ya ji...

Remis nggandil

Pedut nesih kandel, pucuk sengon ora katon. Wong liwat ketap-ketap delenge arep mreneh jebule selot adoh. Lampu honda ge murube ngeyip saking kandele pedut ning esuk kiye. Pedut karo kukus tabrakan ning duwur pongpok pedangane umah-umah, para biyung mestine lagi ngesur blarak supaya murube gemlugur. Suluh repekan olih ngreok sing pakanan kandang wedus limang dina kepengker wis garing, genine mrambat gelis emen dadi areng abang let ora suwe dadi awu. Pating blikrak maning genine dadi cilik, si biyung ngesur maning menyat sing amben tlupuh meling lagi ngrajang kluban nggo de gawe jangan.

Angger ngadeg ning dapuran pring sing pinggir sawah aroma wong adang werna-werna ambune, sedep mawa wetenge kencot. Delenge si kaki lagi madaih bribil ning kandi karo raga de sasabi kresek ireng bat wadah brangbang. Delenge mbari udud kebal kebul lintingan sing ambune semerbak kontras karo aroma masakan. Weduse jenek lagi sarapan godong srindia karo rayutan.

Si biyung abane celak celuk tandane sarapane wis matengan. Kukus sing metu sing umah-umah sekiye brayan karo pedut maring lamuk. Sikilku mbak nyess bae nyenggol suket sing nesih remis, angger aku obah delenge ana berlian nggandil ning suket, jebule reumis sing ketrobos inaring baskoro alias srengenge.

Roaming gak, ji?
Dijamin masih melingker sambil ngopi, sepoy2.

Daftar agenda

gambar: google
Lama nggak bertemu anggota keluarga seringkali menimbulkan berbagai macam cerita baik keluhan maupun cerita lucu dari sang Istri. Lebih banyak mendengarkan daripada menimpali, kupastikan seluruh luapan tercurahkan di ujung telfon. Saat kami ngobrol tak jarang ibunya menghardik anak-anak yang sedang bercanda dengan suara gaduh. Tak perlu itu kau hardik-hardik, masa-masa ceria seperti itu tidaklah lama, mungkin mereka sedang sengaja menunjukan suara-suara ceria sampai ke telinga bapaknya, biar saja...pintaku. 

Telah beberapa kali kususun agenda pertemuan atau rapat keluarga dan ketika pulang semua menguap karena terhanyut suasana di sana. Beberapa yang kuingat biasanya kusampaikan saat setelah shalat berjamaah, atau setelah makan bersama. Kebiasaan ini kubangun agar tercipta komunikasi di antara kami, setiap ada masalah harus terungkap tidak ada yang boleh menyimpanya. Masing-masing ada porsinya untuk dilibatkan dalam diskusi. Memang lebih banyak ke si sulung yang sering bermasalah terhadap sikapnya yang terlalu cuek. Kutanamkan nilai-nilai yang kuperoleh dari tempat kerja maupun kisah teman-teman. Karena beda manajamen beda pula kepemimpinan, pola kerja, dan gaya komunikasipun. Aku terobsesi menanamkan gaya kepemimpinan kepada si sulung agar kelak sebagai lelaki bisa bijak mengambil keputusan dan punya banyak referensi sejak usia dini. Apa saja itu?
- Memulai/inisiatif
- Mendorong/Motivasi
- Pembinaan
- Evaluasi
- Membuat keputusan

Apa yang di sekolah lakukan, lakukanlah juga di rumah. Ajak main adik-adiknya, bukan hanya belajar dan istirahat. Berikan contoh yang terbaik, karena seorang pemimpin akan selalu diikuti oleh bawahanya, adik-adiknya. Menguapmu akan menjadi acuan buat mereka, cara bicara, cara berjalan dan bersikap kepada orang tua, sangat akan diserap oleh mereka.

Semua rencana agenda meeting keluarga musti dicatat bro, biar nggak menguap saat sudah tiba di Rumah, Dan disitulah letak kepemimpinan diuji, apakah akan larut atau akan tetap menjalankan rencana penting sebagai suatu hal komitmen pribadi. 

Merubah tabiat dan mental seseorang itu bukan pekerjaan mudah, tetapi harus tekun dijalankan agar tidak satu orang saja yang terkena dampak positifnya, namun akan menular kepada seluruh anggota keluarga. 



Jogging sepi

Setelah perang batin antara meneruskan tidur atau beranjak karena udara pagi yang sungguh membuai. Tak perlu waktu lama untuk memutuskan beranjak dan melawan rasa malas, memakai sepatu, berjaket dan pergi ke gelanggang. Beberapa putaran tapi di ngandroit terlihat 2500 langkah, entah akurat atau akurang tak jadi soal. Yang penting hangat, sendi2 melumas, otot2 berkontraksi, darah terpompa ke segala arah. Tapi tidak seperti sabtu2 sebelumnya yang ramai bapak-bapak paruh baya. Apa karena udara yang dingin sehingga reumatik mereka pada kumat? 😁😁😁

Di halaman utama GOR terlihat para ibu dan wanita muda sedang senam mengukuti musik house. Tidak kusangka mataku mengamati gerakan geal geol mereka bikin linu kepala. Dan aku pergi dari lokasi gelanggang olahraga.

Langsung ke pasar pagi dadakan di ujung gang, pasar lingkungan namanya. Beli buat sarapan dan beberapa helai timun dan buah. Timun banyak mengandung cairan dan kalium. Ya, memang..timun mengandung banyak cairan...

Dan, .. tugas nyuci menanti. Tapi itu gampang tar ajah...
Tiduran dulu sambil merapihkan bongkaran kiriman yang semalam berantakan, sekalian nyicil packing buat backpacker ke rumah joeang di kampung.

Belum mandi juga, ji? Kucing aja perharianya minta ampun, bagaimana sama orang yah...? *mikir*

312 sesejuk baturaden

Nikmat sekali hawa jakarta sejak kemarin 212, tidur lelap dan bangun segar disambut hawa dingin.

Mandi pagi sambil merendam gembolan baju kerja seminggu lalu.

Met subuh ic... jangan lupa jalan pagi

Mbolang

Inilah situasi kali bolang, nama lokasi hutan di tepi desa yang diapit oleh kai raja yang bermuara ke cilacap. Rupanya acara mbolang yang disiarkan televisi mulai tahun 2013an kalau tidak salah barangkali terinspirasi nama lokasi ini.
Lama di tempat rantau tak kunjung sukses membuatku selalu ingin ke kampung halaman, spiritnya adalah hijrah siapa tahu rejekiku ada di sana. Maka merindukan kampung halaman adalah kegiatan ekstrakurikulerku setelah seharian bekerja. Membayanglah itu berkumpul sama teman-teman meski mereka semua sudah berkeluarga tapi kalau aku ajak berpetualang dengan sigap mereka segera beranjak. Tentu tidak tangan kosong, jaman gini meskipun di desa bikin acara sederhanapun musti ada dorongan, paling tidak buat bakar binatang ternak atau buruan di hutan.
Kendala utama adalah membuat alasan kepada anak dan istri bahwa kegiatan ini sama sekali tidak produktif malah yang ada adalah konsumtif. Tapi dunia lelaki mana bisa dicegah, yang penting lepas penat terbebas dari belenggu ini itu.
Semua kegiatan yang diawali niat asal heppi sejujurnya menurutku cuma pelarian dan sementara. Itu mirip candu rokok, gele, miras atau bahkan narkoba. Meski cuma acara murni have fun, tapi setelah acara usai semua akan kembali ke pribadi masing-masing, semua kawan kembali sibuk ke dunia berbeda masing-masing.
Tapi ya jangan kaku juga kali, sekali kalimah perlu buat refreshing.
Namun setelah kurang lebih setahun tinggal di kampung, mana ada kepikiran jalan sama kawan-kawan reruntungan, setiap hari menikmati hawa yang dulu kurindui. 
Jadi kalau kembali lagi ke ibu kota selain bekerja mencari nafkah sebagai tulang punggung tentu agar kurindui lagi kali bolang yang sunyi dan gemercik air.

Ya kangen lah, masa kangen dong ji...
Pasti nggak mandi kan?