Menyukai kebebasan, membenci pembiaran

Diciptakanya lelaki dan perempuan agar saling mengisi, maka di ajaraku, Islam menganjurkan agar menikahlah para pemuda dan pemudi. Tujuanya adalah agar menentramkan dan meneruskan keturunan. Di dunia lain banyak pula yang menyukai kebebasan, tanpa terikat aturan perkawinan. Take it or leave it, seperti kita beli es krim. Kalau suka, datangi, kalau sudah puas pergi ke manapun. 

Orang yang telah terikat dalam perkawinanpun masih banyak yang mendambakan kebebasan dalam arti tidak terkungkung, punya potensi dapat dikembangkan, bisa bergaul sebagaimana mestinya. Dan kalau persahabatan merajalela entah apa yang dicari, itu juga sebenarnya penyakit kebebasan. Pria dan wanita mungkin akan berbeda dalam memahami kebebasan ini. Ini bukan gender sensitif, tapi kecenderungan pria memiliki keinginan untuk bebas melakukan apapun sesuai apa yang dipikirkanya. Namun ada kalanya pria kerap membutuhkan keterikatan, agar kebebasan itu bisa diredam atau dikendalikan. Dan kalau ada seorang wanita menyuruh agar bebas-bebas saja berbuat semaunya, itu tandanya tidak lagi membutuhkan perawatan terhadap nilai-nilai keterikatan. Atau bahasa kebalikanya adalah agar ia pun bisa diperlakukan sama, tidak perlu dikekang, tidak perlu merasa diawasi, dan tentu tidak perlu diperhatikan.

got it...!

Kapsul Kehidupan

Aku sebetulnya bakatnya apa ya? kadang seperti punya otak Newton bahkan Habibie. Bagaimana tidak aku seringkali memikirkan hal imajiner, penemuan demi penemuan. Ngapain coba? semua yang sudah ada di depan kita adalah penemuan-penemuan besar yang terjadi di abad ini. Sains model apa saja aku pernah membayangkan, mengksplor mulai dari rumus teori, material dan bahan pembuat, uji coba dan pengembangan untuk kebutuhan manusia. 

Belakangan ini aku sedang rungsing memikirkan sumber pangan dunia yang mana dari statistik yang sering kita lihat di media beberapa tahun ke depan akan terjadi krisis pangan. Penyebabnya bisa karena menyempitnya lahan pertanian dan perkebunan, sedikitnya manusia yang tertarik di usaha bidang pertanian, dan lain sebagainya. Maka aku tiap nongkrong di kakus maupun berangkat tidur kerap membayangan menciptakan tekhnologi tepat guna berupa kapsul nutrisi, yaitu kapsul untuk menopang kehidupan. Bentuknya kecil, mudah disimpan, tidak mudah busuk, dan besar manfaatnya.

Begini kisah itu dimulai...
Kapsul ini bukan zat berbahaya, namun berisi sumber nutrisi lengkap yang dibutuhkan tubuh dengan kompresi 100%. Kapsul ini hanya akan bereaksi dengan zat di dalam pencernaan manusia, dia akan mengembang 200 kali lipat dari aslinya, di saat yang sama ia akan memecah diri menjadi nutrisi dan vitamin, baik karbohidrat, mineral, vit A, B, C, D seng, kalium, kalsium, dan semua nutrisi yang dibutukan tubuh yang berasal dari sari pati makanan. Tentu saja tekhnologi ini membutuhkan pabrik yang sangat besar, dan pasokan sumber makanan yang akan diambil saripatinya. Ini akan menjadi lompatan besar sejarah manusia dan akan merubah tatanan ekonomi, sosial bahkan budaya, Bayangkan, kita hanya cukup makan 3 kapsul dalam sehari dengan rasa kenyang yang sama, dan tercukupinya gizi seimbang yang dibutuhkan tubuh. Masih mikirin wortel dan bayam? ada di kapsul... masih mikirin pisang dan anggur? juga ada dalam 1 kapsul.

Entah apa yang bergerak dalam otakku, sering kali memikirkan hal-hal abstrak. Hal nyatanya sering terbengkalai... apakah aku cerdas atau kurang piknik?