Joeang75

Suara gaduh di dalam bus di sebuah terminal,
"kita harus kompak, jangan ada yang mau diturunkan di Slawi" Bentak seseorang lelaki dengan rambut njebrag, terlihat memang orangnya bengal. Lalu aku sigap dan dukung dengan berdiri...."siap"
"siapa lagi...?" katanya tegas

Padahal penumpang tujuan PWT ini sekitar 20han orang, tapi rupanya antara awak bus dan para penjual tiket tidak kompak, di mana si penjual tiket, bus itu nyampai tujuan, sementara awak bus hanya bilang akan sampai ke Slawi saja, karena jalan ambles dan terputus di daerah Tonjong, Bumiayu.

Dari 20an penumpang yang tujuan pwt hanya ada 4 orang saja yang lantang untuk minta diantar ke pool PO ini ke cibitung, untuk ganti bus. Di cibitung, kami turun ber empat dan menemui bagian operasionalnya, dan diterima dengan baik. Lalu, akan dibantu tapi tidak untuk yang lain, dan hanya untuk kami yang turun. Dijanjikan akan disertakan ke pwt via Bandung, dan Alkhamdulillah, jam 10.30 baru nongol bus yang kami tunggu-tunggu. Kami pun bergegas menaiki bus tersebut yang sudah sesak, namun kami tetap dapat jatah karena diantar langsung oleh officer PO tersebut. Lumayan...

Seharian kerja, mengantarku lelah dan ngantuk dalam perjalanan dan bangun ketika sudah sampai di Banjarpatoman di mana tempat pipis, resto dan check poin bus ini. Tidak ada air mineral yang jual, semuanya ludes habis. Air kran di toilet pun sudah kemlicir dengan air yang keluar hanya sebesar lidi.

Perjalanan dilanjutkan, dan fajar pagi telah menyingsing.... Segarnya suasana daerah selatan, dan aku turun di terminal kecil, Karangpucung, kabupaten Cilacap, karena aku tanya kepada supir kalau bus ini tidak akan lewat Ajibarang, tapi wangon lurus ke PWT. Aku turun dan disambut ojek yang menawarkan jasanya, dan aku mampir bentar ke toilet untuk bersih-bersih apapun dari tubuh. Dan ojek itu setia menungguku, lalu sepakat dengan harga yang titawarkan motorpun melaju menerobos hutan pinus dengan jalan bergelombang, rute yang belum pernah kulewati. Tapi aku sangat menikmatinya, karena di sana sini embun dan pedut yang turun dengan jarak pandang pendek, bulir-bulirnya menerabas wajah dan menjadi dingin sejuk. Kadang  melewati perkampungan, terus berganti lagi dengan hutan.

Dan sampailah aku di rumah,....  ku jamu tukang ojek itu dengan segelas kopi.


Begitu berat perjuangan yang harus kulakukan agar bisa bertemu dengan anak dan istriku  sendiri. Padahal cuma nginep satu malam,, dan esok minggu sore mesti kembali ke Jakarta, dan perjuangannya tak kalah menantang dan mendebarkan.


ceritanya akan dilansir besok lusa, atau tarsok silabus