Ikut, kewalahan, kritis

Aya, sudah genap berumur 2 tahun, sudah 2 minggu ini setiap pagi aku diperdengarkan suara tangis bergemuruh dari suara aya lantaran minta ikut sekolah sama kakaknya, dan teman-temannya yang sudah duduk di bangku TK. Nur, Alifah, Sesa, Winda, janah, kiki, teman-teman Aya yang sudah TK, setiap paginya terlihat oleh Aya berpakaian rapih dan dengan tas menyilang, tentu dengan pita warna-warni menghias kepala mereka. 

Tangisannya sulit dihentikan, sebelum ia diajak pura-pura ikut dengan rombongan mereka. Emaknya sampai kelimpungan setiap pagi harus siap dengan amukan si Aya ini. Aku seperti berada di tengah-tengah mereka, ikut menenangkan, kadang bernyanyi yang dia sukai, atau cerita  apa saja asal pikiran dia teralihkan. Aku tahu, emaknya kewalahan menghadapi anak yang aku anggap punya beberapa hal lebih dari waktu Nipong, kakaknya kecil dulu. Aku juga kalau lagi bersama mereka suka terheran-heran atas daya ingat, dan kritis terhadap sekitarnya.

Ketika aku tidur dilantai dengan maksud pengin santai dan sambil ngadem, Ia langsung pergi ke kamar ambil bantal. Semua orang belum melihat binatang kecil berupa anak kelabang, entah di lantai entah di langit-langit, ia yang teriak duluan. Yang lain tidak ngeh ada suara henpun, meski nada sms, ia akan teriak dan berlari mengambil henpun dan menyerahkan kepada pemilik hp.  
Melihat sampah, akan dipungut dan dimasukan ke tempatnya. Setiap pagi, hampir selalu ikut sibuk ngiris apapun dengan maksud membantu mamanya masak. Setiap Kakaknya datang belum ngucapin salam, adiknya akan terus mengikuti kakaknya sambil bilang 'mas, alam...' maskudnya mungkin, asalamu'alailum, wa'ailikum salam. Dan kalau lagi sakit, pasti minta obat, meskipun setelah lihat sendok dan siap minum dia enggan meminumnya, karena pasti tahu pahit.

Alkhamdulillah, semoga bisa terus berkembang menjadi anak yang pintar agar tidak seperti ayahnya kelak. Kalian harus lebih baik dari orang tua mu... Aku pasti akan datang segera berkumpul dengan kalian semua.

bau bapa, katanya...
kalau aku baru mudik dan pergi kembali ke tanah rantau. Selalu ada kejutan dari Aya, apapun itu baik perilaku, perkataan, dan daya nalar. Sayang sekali, aku jarang menyaksikan serunya setiap pagi bersama anak-anak yang berbeda karakter.