Utuh

Sekilas terlihat iklan di televisi entah apa yang dijual, sepertinya asuransi jiwa, atau iklan mobil. Rumah yang megah, taman yang indah hijau merekah, anak-anak yang lucu dan terlihat pintar, terparkir mobil yang pasti mahal. Setiap yang menontonnya pasti membayangkan dirinya lah yang berada di sana, karena potongan-potongan gerakan gambarnya memang sedemikian sempurna, sebuah kehidupan dunia yang super layak. Pasti televisi ini tidak sedang membuat iri pemirsanya, namun hanya ingin menampilkan saja, bahwa hidup itu memang harusnya diraih untuk menuju kualitas dengan standar tinggi. 

Aku benci kata-kata "result oriented" yang sangat diagungkan oleh orang disekitarku. Kenapa banyak manusia yang enggan mengerti proses, bahkan bicara tekhnis pun seperti haram bagi mereka yang sudah hidup dalam kondisi super mapan. Semua orang berupaya menjadi lebih baik dari hari ke hari, dari satu keturunan ke keturunan berikutnya, tapi rupanya lingkungan di mana kita berada juga turut bertanggung jawab terhadap apa yang kita raih saat ini. 

Gambaran ideal di televisi itu memang memacu banyak orang untuk bisa seperti yang terlihat di dalam tayangan itu. Berlomba-lomba dalam kemewahan duniawi, dan celakanya banyak yang menempuh dengan segala cara. Maka aku tidak pernah heran di dalam tivi yang sama, banyak pesakitan yang masa tuanya dalam penjara. Uang telah membutakan banyak orang, sepertinya hanya dengan uang semua hal dapat terselesaikan. Dan aku lagi-lagi seperti terperangkap dalam jeratnya, bisikan akan berbagai hal yang bisa tercapai hanya dengan uang selalu menghantui pikiranku. Si sulung hari ini kenaikan kelas, dan ia naik kelas enam SD, lalu sebentar lagi masuk SMP, kalau sudah mulai sekolah menengah uang tidak pernah berhenti mengalir ke semua kebutuhan pendidikan. Dan aku sering kali mentertawakan diri sendir yang tidak ambil pusing dengan masa depan, karena aku yakin masa depan yang kita rencanakan selalu tidak seperti yang diharapkan, apapun bisa saja terjadi. Alkhamdulillah, disaat seperti ini, aku turut bahagia karena nilai rapot anaku bagus meski tidak rangking 1, tapi naik dengan nilai yang cukup baik. 

Keputusanku sudah kupertimbangkan masak-masak dan aku tidak akan terus berlama-lama menerka nasib baik menghampiriku lagi atau tidak, karena aku sekarang harus sudah biasa berhitung dengan logika. Apa yang akan terjadi bila ku teruskan bertahan tetap sebagai kacung di ibu kota ini? Apakah lalu bisa seperti dalam iklan itu? Makin rusak mungkin iya, karena aku mengerti betul siapa diri ini sesungguhnya, bahkan istriku pernah bilang, ada uang sedikit saja aku sudah mulai larak lirik, tapi giliran susahnya pandainya merayu. Bah,... memang sulit membuang kebiasaan burukku yang boros dan tak pernah bisa primpen dalam hal keuangan. Aku bahkan sempat terpana mendapatkan sms yang berbunyi "wanita diuji kesetiaannya ketika si pria sedang kesulitan, tapi lelaki diuji kesetiaan ketika ia banyak uang".

Hampir setahun aku tidak menulis panjang lebar seperti ini, otakku sehari hari tekor oleh kesibukan yang menyita perhatian, waktu, tenaga dan kusadari sepenuhnya tidak sesuai dengan apa yang kulakukan untuk kemajuan perusahaan dimana aku bekerja. Maka melihat demikian indahnya sebuah tayangan itu, bagiku hanya ilustrasi, potongan-potongan kebahagiaan yang kita tidak pernah tau bagaimana cara memperolehnya, bejibaku dalam kesulitan dan keletihan tiada tara lalu membuahkan hal yang manis, dan itu adalah sebaik - baik hasil. 

Aku akan format ulang otak dan jiwaku agar aku bisa menjalankan program yang sedang ku set-up ini. semoga hardware dan in/out nya mendukung semua.
aku akan terus menulis lagi, kalau sudah berada di keheningan desa bersama keluarga yang aku sayangi dan kucintai.