Mendadak mudik

Masih saja di kantor menjelang magrib. Lalu ku telpon si kriwil tapi suaranya gak selantang biasanya. Lirih dan parau dan seperti kesedihan. Ia merengek minta aku pulang karena mama sakit. Kupastikan dengan meminta hpnya diberikan ke mamanya. Benar, aku harus pulang malam itu juga. Ada yang dirasakan dalam tubuhnya dan aku yakin ini berkaitan dengan peralihan kontrasep dari x ke y.

Mencari pesenan si kriwil yaitu jaket warna ping dan beberapa makanan kesukaan nipong. Jam 6 sore lewat menuju kediaman. Mandi dan lain sebagainya pergilah ke kemayoran. Beruntung masih ada tiket bus. Tunggu menunggu, si bus baru datang jam 10. Baru kali ini mudik ke kampung berangkat dr jakarta jam 10 malam.

Koper ini tidak muat di loker atap lalu kutaruh saja di tempat duduk di sampingku. Karena sudah jadi garis dari dulu tidak pernah mujur kalau perjalanan jauh tak pernah kudapati seorang perempuan duduk di sampingku. Maka tas packer ini menjadi kawan yang mudah buat kusandari atau merangsak saat kendaraan meliuk belok kanan atau kiri.

Jam 06 baru sampai brebes prukpuk artinya masih sekitar 2 jam lagi buat ketemu anak istri.

Gunung slamet membiru di kejauhan kokoh berselimut awan. Cercah sinar mentari pagi keemasan menerobos di balik gunung.. indah sekali. Hamparan hijau yang luas di musim hujan seperti permadani. Tuh... gunungnya ikut ke manapun roda ini berputar. Kadang seperti siluman ada di sebelah kanan kendaraan lalu pindah lagi di sebelah kiri.

Hp bergetar... seharusnya alya yang telpon. Aku juga musti kirim kabar buat team di kantor kalau hari ini gak bisa ikut meeting sosialisai i-step. Entah apalagi ini....