Mukidi 2


..............Mukidi
Mukidi tengak-tengok memandang sekeliling hutan yang kian meredup pertanda senjakala segera datang, siapa gerangan yang melesatkan anak panah yang bertanda anggrek jingga di hulu panah itu.

Lalu dengan hati-hati mendekati anak panah itu dan mencabutnya pelan-pelan, terselip pesan yang digapit dicelah batang anak panah. Dibuangnya anak panah ke arah jurang, dan buumm... api dan asap membumbung tinggi. Ia membuka lipatan surat yang terbuat dari kulit kayu Waru. Tertera dengan jelas, Mukidi!! jangan sampai kepala yang kau bawa jatuh ke tangan siapapun. Ditunggu di padepokan Candilaban, bregards Anggrek Jingga. Seketika Mukidi meremas surat itu dan menatap ke awan yang kian gelap. Ia segera bergegas menuju tempat sesuai petunjuk di surat itu. Kawasaki itu melesat menembus gelap dan menabrak segala macam perdu dan kelelawar yang terbang rendah. Setelah melewati sepertiga malam, ia singgah di kedai kopi  milik Raden Mamang Kuraya di Bukit Jambenom. Ia memesan mie rebus rasa soto tangkar dengan topping timun dicincang halus tanpa saos tanpa kecap dan 2 rawit yang dipotong-potong. Mamang Kuraya yang sudah mengantuk berat musti menghidupkan kompor dengan tabung gas elpiji 3kg yang wujudnya mirip robot android. Dengan tergopoh-gopoh ia meracik mie instan itu dengan hati-hati. Karena bila tidak, bumbu yang berupa bubuk itu bisa mabrul ke segala penjuru dan mengancam keslamatan kedua matanya. Setelah matang, ia berjalan membungkuk dengan nampan yang berisi semangkuk mie panas mengepul dengan aroma kelezatan tiada tara. Dan disuguhkanya di hadapan Mukidi. Tanpa banyak cerita, Mukidi langsung menyantapnya dengan lahap. Setelah bersendawa, Mukidi membayar dengan uang pecahan 50.000 dan langsung berpamitan. Dan lenyap ditelan malam..

Mamang Kuraya segera menutup kedainya dan segera bergegas menaiki CBR250 menyusul Mukidi di belakangnya dengan kecepatan 100 km/jam. Dari kejauhan sorot lampu dari tunggangan Mukidi menyebar ke segala arah mengikuti liku jalan. Maka Mamang Kuraya dengan mudah mengikutinya. Ia berhenti sejenak dan bergumam, gila itu orang mau setor nyawa kalau menuju ke Padepokan Candilaban. Ia bergidik dan memelankan laju tungganganya. Sekali suit, CBR250 berubah menjadi keledai yang dungu. Maka Mamang Kuraya menunggangi keledai dengan pelan dan dan senyap..


Bersambung...