Menyukai kebebasan, membenci pembiaran

Diciptakanya lelaki dan perempuan agar saling mengisi, maka di ajaraku, Islam menganjurkan agar menikahlah para pemuda dan pemudi. Tujuanya adalah agar menentramkan dan meneruskan keturunan. Di dunia lain banyak pula yang menyukai kebebasan, tanpa terikat aturan perkawinan. Take it or leave it, seperti kita beli es krim. Kalau suka, datangi, kalau sudah puas pergi ke manapun. 

Orang yang telah terikat dalam perkawinanpun masih banyak yang mendambakan kebebasan dalam arti tidak terkungkung, punya potensi dapat dikembangkan, bisa bergaul sebagaimana mestinya. Dan kalau persahabatan merajalela entah apa yang dicari, itu juga sebenarnya penyakit kebebasan. Pria dan wanita mungkin akan berbeda dalam memahami kebebasan ini. Ini bukan gender sensitif, tapi kecenderungan pria memiliki keinginan untuk bebas melakukan apapun sesuai apa yang dipikirkanya. Namun ada kalanya pria kerap membutuhkan keterikatan, agar kebebasan itu bisa diredam atau dikendalikan. Dan kalau ada seorang wanita menyuruh agar bebas-bebas saja berbuat semaunya, itu tandanya tidak lagi membutuhkan perawatan terhadap nilai-nilai keterikatan. Atau bahasa kebalikanya adalah agar ia pun bisa diperlakukan sama, tidak perlu dikekang, tidak perlu merasa diawasi, dan tentu tidak perlu diperhatikan.

got it...!