Hujan masih saja....

Derasnya hujan sore ini menambah deretan rasa syukur atas nikmat yang kurasakan ditengah penantian berbuka. Prosesi yang hanya biasa saja menjadi hal yang teristimewa dengan hadirnya bulan Ramadhan di setiap tahunnya. Bagaimana tidak bungah, kalau bertambahnya umur, akan tetapi ketika memaknai Ramadhan masih saja seperti saat umurku remaja kolo bendo. Kalau ditanya kenapa, pasti jawabannya mudah saja, dan hanya di masing-masing hati yang tahu.
Apa iya ada yang berubah memaknai ramadhan seiring bertambahnya umur?
hoh...iya, ada, dan mungkin banyak...
Bagi yang menyongsong, hingga melepas Ramadhan dengan perasaan biasa-biasa saja, tanpa bungah dan keindahan, bisa jadi yang menghadapi kehidupan ini seperti sesuatu yang harus sesuai keinginannya. Tidak ada jeda untuk senyum dan tawa, tidak ada kompromi untuk bermain-main, dan semua tentang pencapaian.

Semua cara bisa saja dilakukan orang untuk mencapai apa yang diinginkannya, tapi bagiku mencapai sesuatu adalah hal yang prosesnya seperti guyuran hujan, membuat tanah basah, biji-bijian bersemi, bunga bermekaran, dan memanen.

Masih dengan rasa bahagia menyambut buka puasa di tengah hujan rintik,
selamat berbuka puasa, pencinta hujan di manapun berada.

Yang mrengut, segeralah tersenyum, karena berwibawa bukan harus menekuk pipi.
biasa ajah, tidak perlu lebay... kata Bang Jack di serial PPT 4 pagi tadi.