Memulai Akhir

Apa lagi yang memberatkan untukku terus bertahan di kota tua ini? nyaris tidak ada. Kalau alasan duit? sampai kapanpun tak pernah ada cukupnya. Rejeki Allah tersebar di muka bumi, bahkan binatang melatapun sudah dijamin rejekinya. Kalau masalah setia terhadap perusahaan? tidak ada masalah, everithing gonna be oke, buktinya sanggup bertahan 15 tahun dengan pendapatan pas-pasan. Mungkin seandainya dengan waktu yang 15 tahun itu kugunakan untuk menekuni bidang usaha mandiri, aku sangat yakin mungkin sudah makmur. Makmur dalam artian yang luas bukan harus berupa banyak materi, dan kemewahan dunia.

Lalu apa?

Hijrah adalah penting dan selalu mempunyai dampak besar dalam hidup seseorang. Ketika aku hujrah dari kampung ke kota, adalah keputusan besar sepanjang hidup dan tidak mungkin terulang. Kalau saja, saat itu aku tidak memutuskan untuk merantau, aku tidak tahu hidupku seperti apa dan ada di mana. Mungkin sudah Australia kali, atau sudah menjadi juragan kangkung di kampungku. Kok? ya iyalah... kalau mau berkhayal yang tinggi sekalian.

Tapi kemarin dapat kejutan dari bagian tertentu yang mengirimkan data karyawan, yang seharusnya menjadi rahasia, lah kok disebarluaskan. Dalam hati bertanya, apakah itu merupakan kesengajaan atau tidak, tapi semuanya jelas bahwa seluruh nama karyawan tercantum baik dengan data golongan, grade, tanggal masuk, dan lain sebagainya, untuk info gaji memang tidak tercantum, tapi dari sana kelihatan siapa menilai siapa dan apa yang dinilai. Mosok anak kemarin yang baru masuk, sudah nyalim diri ini yang sudah berjuang sekian tahun.
Ngiri dot net? ya hura lah... justru aku sangat senang akan segera memberikan kesempatan bagi lulusan terbaru menggantikan posisiku. Cuma, beberapa teman yang sudah senior sepertinya sudah tidak ada apresiasi. Penilaian yang dilakukan setiap 6 bulan sekali tidak merubah apapun terhadap perbaikan kesejahteraan. Lah kok yang baru masuk, sudah nangkring dengan golongan di atas orang yang sudah puluhan tahun.

Masih ingat tak? alah...paling tidak ada yang ingat...
Bagimana ketika ada kerusuhan 98, siapa yang turut ronda mengamankan kantor kecil yang belum berkembang dengan manajemen canggih?
Nggak usah diingat. Nggak akan ada nilainya...

Entahlah.. tapi data nyasar ini, sunguh membuatku semakin yakin bahwa pekerjaan ini sangat pantas untuk ditinggalkan.

Aya, Nipong...
bentar lagi ya?...