re-denominasi

Orang pintar dari BI sudah menghembuskan program pengurangan desimal pada rupiah yang beredar di Masyarakat. Tanpa mengurangi nilai uang yang ada, program ini dipercaya akan bermanfaat bagi masyarakat ketika bertransaksi, accounting, dan semua aspek keuangan.

Pada dasarnya kita sering tanpa sengaja melakukan re-denominasi, yaitu menyingkat angka ketika bertransaksi di pasar atau dengan seseorang.

"berapa harganya mas?"
"7.5"

karena belum ada standarisasi, maka 7.5 bisa membuat ragam asumsi, 7.5 juta, atau 7.5 ribu. Di mana pun di muka bumi ini, nilai tukar rupiah antar negara tidak akan pernah sama. Karena yang paling stabil sampai saat ini adalah alat tukar berupa dinar dan dirham. Alat tukar dari jaman kolobendo ini sampai sekarang ampuh melawan krisis.
Rakyat kecil seperti saya, cuma berkhayal kalau nanti sudah diberlakukan, tolong tidak nilai rupiah tidak turun lagi terhadap harga beli dan jual. Sehingga apapun yang akan dilakukan BI tidak akan banyak berguna. Tarohlah, nanti 1 juta adalah: 1 ribu. Dan pecahaan uang kertas terbesar adalah: 100 rupiah atau setara dengan 100.000, memang sudah mirip dolar amerika dan bisa dipastikan harga sukro, pilus dan aneka jajanan anak-anak akan menjadi 5 sen per bungkusnya.
Yang penting punya uang seberapapun, kita tidak pernah lupa menjadi agent rejeki bagi yang lain. Kata orang bijak, berinfaklah saat ini bukan menunggu menjadi mampu atau lebih. Jangan tergoda untuk riya atau pamer dan menyakiti orang yang kita beri. Jadi, re-denominasi cukup menghibur sementara bagiku ketika duit masih menjadi masalah....