Mentari terakhir di senja Juni (2)


Kedua manusia itu dengan cepat beradaptasi, dan mulai menyerang satu sama lain dengan gurauan dan cenderung seperti orang berantem. Olok mengolok adalah hari-hari berikutnya yang mereka lakukan setiap kali bertemu.

Joyev mulai mengendus beberapa hal tentang sosok wanita tersebut, ia mengamati gaya bahasanya, mengamati peralatan komunikasi yang ia bawa. Dan pada suatu hari terjadi percakapan yang agak serius.
"Apa kau sudah punya kekasih, Rin?" tanya joyev dengan menatap
"hmm... menurutmu?" jawab Sarinah dengan balik bertanya
"Sepertinya sudah.."
"Apa kau termasuk lelaki yang gampang jatuh cinta?" Tanya Sarinah serius
"Wong aku yang nanya, kok malah aku yang diwawancara, semprul ah.." Jawab Joyev sekenanya.

Mereka terlihat asik mengobrol di arena meja maya juga pada hari-hari berikutnya. Jarak yang jauh membuat mereka jarang bertemu. Joyev, yang hanya seorang pekerja biasa di sebuah kantor di daerah Jogja, obrolan di internet hanya bisa dilakukan saat siang hari, itupun jam istirahat. Makin hari, keduanya terlihat kian akrab dan muncul ketertarikan satu sama lain. Tapi Joyev selalu menahan diri untuk menyembunyikan semua perasaan yang timbul, ia merasa tidak percaya diri menghadapi Sarinah. Setelah sekian bulan sering bertemu, Joyev menjadi uring-uringan dan sering merenung.

Pada obrolan ke sekian kalinya, Sarinah sudah percaya kepada Joyev dan merasa menjadi teman yang cocok untuk berkeluh kesah. Dia menceritakan bahwa ayahnya merupakan sosok yang keras dalam mendidik keluarga, bahkan untuk urusan jodohpun orang tua yang ikut menentukan. Dan saat bercerita, ia mulai banyak berhenti mengetik karena sedih, saat ini ia tengah dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya. Seorang pria sukses dan mapan sebagai pengusaha di Jepara. Joyev selalu berusaha mendengarkan apa yang Sarinah tuturkan, dan setelahnya adalah seperti hari-hari biasa yang penuh canda dan tawa. Sarinah merasa Joyev adalah sosok pria yang hangat dan humoris, untuk itu dia merasa dekat untuk bercerita tentang apapun yang ia alami.
"Joy, aku sebetulnya orangnya lebih banyak diam" celetuk Sarinah pada suatu obrolan
"Lalu?" sahut Joyev
"Iya, tapi entah kenapa aku mudah saja bercerita apapun padamu" Jelasnya
"Aku juga heran, wong kenal belum lama kok percaya sama orang katrok macam aku.." sahut Joyev sambil meletakan pulpen di tepi buku.
"Cerita, Joy..." pinta Sarinah
"Cerita apa?, aku gak punya cerita menarik,.." jawab Joyev sambil meletakan icon :) di mesin mesenger itu.

Ketika mereka tidak bisa ngobrol karena hari libur atau karena kesibukan salah satunya, menjadi beban tersendiri yang dirasakan Joyev menahan rindu ingin ngobrol. Joyev menyadari, di dunia internet Sarinah sepertinya sudah sangat mahir dan memiliki banyak teman maya. Hubungan persahabatan yang tadinya hanya saling mendengar, kian hari mulai ada perasaan yang aneh yang dirasakan Joyev ketika Sarinah kedapatan sedang sibuk atau bercengkerama dengan teman lain di luasnya langit.






bersambung.....