Mimik Kacang

Sering dengar tidak, tentang lelaki dewasa akan disibukan oleh kendaraanya, anak-anaknya dan teman-temannya. Azan berkumandang, akan lewat begitu saja ketika sedang bermain bersama anak, atau ngobrol dengan teman, maupun ketika sedang ngoprek busi, atau pentil.

Si kecil yang kian tumbuh, kini usianya 1 tahun 5 bulan. Bersamanya agak lama, hampir 1 bulan seperti keheranan dibuatnya. Lebaran sebelumnya ia masih 3 bulan, dan belum bisa melihat perkembangan ataupun tingkah lakunya. Tapi di lebaran tahun ini, aku hampir selalu bersamanya ditiap menitnya. Bahkan untuk urusan pipis, nyebokin dan ganti celana kuberanikan diri karena kesibukan mamanya. Kata orang tua, terhadap anak perempuan harus lebih melayani, karena kelak merekalah yang akan lebih menyayangi orang tuanya. Kenyataan memang, banyak kusaksikan ketika masa renta tiba, yang mau mengurus dan menunggu ibu atau ayahnya yang sakit, kebanyakan adalah anak perempuan. Hanif, lebih cuek dan sudah mulai punya geng sendiri, betapa Alya si adik selalu mengejar dan meraung ketika kakanya pergi bermain disamper teman-temannya.

Ketika bersama mereka, anganku sering melambung betapa bahagianya hidup di masa kanak-kanak, dan dikelilingi orang tua. Aku pasti sedang memikirkan ketika Ayah mereka sedang mengais rejeki di dunia rantau. Mereka sangat dekat denganku, tak kubiarkan mereka cuek dan tanpa canda bersamaku. Kami sama-sama haus pertemuan, berkumpul dengan mereka sudah seperti keindahan abadi dan tak ingin kulepaskan. Aku tidak sedang membanggakan diri, karena anak hanyalah titipan dan bisa pula menjadi fitnah. Untuk itu aku selalu bermohon semoga anak-anak bisa menjadi orang yang berbudi pekerti luhur dan number wan adalah menjadi anak yang sholeh.

Aya, ditiap bangun tidurnya selalu langsung duduk dan tepuk tangan dan bersendandung. Senandungnya adalah shalawat nabi. Ketika kami sibuk shalat shubuh, dia akan ikut sibuk naik ke punggung dan kadang duduk di atas kepala Mamanya yang sedang sujud. Ketika mamanya masak, ia akan sibuk memegang pisau kecil yang tidak tajam dan membantu mamanya dengan mberantakin apapun yang dipegangnya. Ketika mau makan, ia akan ambilkan gelas buat ayahnya dan kakaknya. Setelah selesai makan, ia akan ikut membereskan piring dengan kerenyutan dahi mamanya dengan tangan dibawah piring khwatir jatuh ke lantai. Inisiatifnya bikin aku keheranan, jauh sekali saat Hanif umur segitu. Dan yang paling kusuka, ia ceria selalu jarang bermuka cemberut kecuali saat ngantuk dan pengin mimik susu.

Sisa-sisa lebaran menyisakan kacang bikinan mamanya yang masih dalam toples plastik. Dia suka sekali dengan kacang, dan hingga tetes terakhir ia tenggak toples, dan mengalirlah butiran-butiran kacang itu.

'mam..mam... bis....' kata dia

Mungkin maksudnya, udah dimaem dan udah habis....

Tapi kenapa Pesek?
Gak papa, yang penting sayang sama sama keluarga.