10 hari


Berat rasanya menghabiskan malam sendiri berteman aroma Aya. Ya, mereka sudah kembali pulang ke rumah, tempat yang nyaman dan menyenangkan dibanding sumpeknya kota Jakarta ini. Kalau saja aku tidak harus mencari nafkah demi kehidupan keluarga, tentu aku sudah pulang dan berada di tengah-tengah mereka.

Berawal dari kabar keluarga istriku yang di Jakarta akan pada mantu, maka mereka ingin keponakan dan keluarga di kampung pada ngumpul, lalu aku harus menjemputnya pada hari minggu, 2 Januari lalu. Kupilih Minggu pagi, agar sesampai di Jakarta aku bisa istirahat cukup lalu senin pagi bisa bekerja dengan performa segar.

Musim liburan semester ganjil anak sekolah, sangat rame, dan kembali aku sangat kecewa dengan suatu PO yang telah menipu, menjual tiket Bus AC tapi setelah waktunya berangkat, bus itu tak kunjung datang. Aku maki-maki petugas loket, tidak perduli orang-orang pada ngliatin, dan aku bilang ke mereka dengan lantang, gak mungkin bisa jadi lagganan kalau begitu caranya. Akhirnya dengan sangat terpaksa membeli tiket bus terakhir dan hanya tersedia ekonomi. Aku sudah membayangkan betapa tidak nyamannya bawa anak kecil, banyak yang merokok. Tapi Alkhamdulillah si kecil tidak begitu rewel, dan suasana siang yang mendung mengiringi perjalanan kami.

Sampai di Jakarta, mereka terlihat kelelahan dan kami pun istirahat hingga pagi menjelang. Aya terlihat senang berada di dekat ayahnya, tapi sering memanggil-manggil kakaknya. Hanya 2 malam bersama, bulek yang di Kranji nelpon terus agar segera ke sana. Mereka 2 malam di sana, aku tengok mereka kamis sore lalu menjemputnya. Jumat, 7 Jan keluarga yang di Senen memintanya datang, dan sepulang kerja aku langsung ke senen hingga malam, karena ada acara syukuran. Sabtu pagi, Thoing melangsungkan pernikahan di tempat mempelai perempuan, kami sekeluarga ikut mbesan ke sana diiringi beberapa kawalan petugas polisi, sebagai standar kawalan terhadap anggotanya yang melangsungkan perkawinan. Keluarga Senen beres...

Kembali Minggu pagi ke Kranji, karena Senin akan dilangsungkan pernikahan putri dari bulek istriku. Aku tidak masuk kerja....

Senin malam kami pulang dari Kranji, dan istirahat dengan kelelahan tiada tara...
Hanya tersisa 1 malam dan 2 hari kebersamaan yang utuh tanpa embel-embel keluargana, tapi apa mau dikata. Aku tahu, karena suatu saat kita juga akan butuh keluarga ketika kita sedang membutuhkan kehadirannya. Maka tersisa waktu sebentar buatku tidak menjadi masalah berarti.

Rabu pagi aku kembali tidak masuk kerja, meskipun cuma mengantar ke Stasiun namun aku ingin melepas dan bermain dengan Aya sebentar saja. Jam 10 kereta baru bobowonto diberangkatkan, aku bantu tata barang-barang bawaan di rak-rak kereta. Lumayan adem ACnya, semoga Aya bisa bobo, dan menjadi kebalikan dari perjalanan berangkat yang sangat menyengsarakan. Cuma berpisah model ini, yang biasanya juga hanya sebulan sekali bertemu, tapi yang ini beda rasanya.

Kembali ke kamar, dan hanya tidur seharian sesekali bangun menelpon Aya sudah sampai mana. Hingga akhirnya mereka tiba di rumah jam 18 dengan selamat... terdengar canda dan teriakan memanggil kakaknya. Anak kecil pun sudah memahami apa itu rasa rindu.

Di sini, kembali sendiri seperti malam-malam sebelum kalian ke sini.