Tanpa Nipong


Mudik kali ini agak kurang beruntung, pasalnya tidak kebagian Bus pertama sehingga dapat yang cadangan. Damri, angkutan massal plat merah dari dulu tidak ada pembenahan baik secara layanan maupun manajemen internal, terlihat dari cara menjual tiket, tidak ada informasi memadai dari petugas. Beda sekali dengan armada swasta yang selama ini aku nikmati, bilang ada kalau ada dan tidak ada bis jika itu memang tidak ada, jadi tidak nggantung nasib calon penumpang yang siapa tahu ada alternatif lain. Antri tiket pas jam 6 sore, dan petugas bilang bis diberangkatkan jam 7 habis Isya. Tunggu punya tunggu, ternyata bus yang dimaksud harus diperbaiki dulu, ganti tanki, ban dan aku hanya sabar menunggu. Mau ke Gadung pun percuma, disamping momen akhir liburan yang bikin angkutan massal ramai penumpang, tentu jam segitu sudah berangkat semua. Mau ke Stasiun apalagi, padahal pulang kerja langsung antri tiket, tapi sungguh membuat naik pitam, loket sini hanya untuk tujuan Semarang, tapi setelah pindah loket yang sana, orangnya istirahat. Akhirnya kumaki-maki saja petugas itu, lalu cabut, dan mandi tapi tetap saja kembali ke loket itu, karena dekat dari tempat tinggal.

AC lumayan dingin, meski tidak selincah bus-bus lain, tapi Alkhamdulillah tidak menemui macet berarti, meski berangkat jam 10 malam, aku sampai di Ajibarang jam 7 pagi, momen mudik yang gelap dan dingin sudah sirna, karena sampai di rumah sudah jam 8.30. Mereka sudah lama menunggu di pinggir jalan menjemputku, dan kami pun pulang ke rumah.

Jumat menjelang siang, hanya bercanda dan ngobrol sama nipong dan Aya, pertama ketemu, dia tersipu-sipu dan terus-terusan cari perhatian dengan teriakan, lompat, atau pura-pura jatuh, makin lama ia mau kugendong dan kucium.

Malam Sabtu, ngobrol bersama di ruang tamu, sementara Emaknya mulai masuk ke dalam percakapan serius, Nipong tinggal di rumah sementara kami ke Jakarta, dalam rangka saudara-saudaranya pada hajatan. Syarat yang diajukan nipong masuk akal, cuma minta HP soner ditinggal buat game, dan musik, kami pun punya syarat, tidak boleh dibawa sekolah. Lalu, ia juga meminta sesuatu dan membisikan ke telinga emaknya.

Kami gembira dengan sikap Nipong yang bisa diajak kerja sama, kami janjikan, kalau libur kenaikan mudah-mudahan bisa ke Jakarta. Sayang kalau harus mbolos 10 hari, nanti berapa banyak pelajaran yang harus tertinggal.

Sabtu siang, kembali membahas masalah nipong, dan memanggilnya untuk memastikan, karena Minggu pagi musti berangkat. Kalau minggu sore, pasti rame banget. Malam minggu kami persiapan untuk berangkat esok pagi, dan setelah beres, Aya terus meledek kakaknya, bahka bobopun harus di kamar si kakak. Setelah memastikan ok, Hanif dan Aya bobo di kamarnya, sampai tengah malam.

Emaknya nangis, "Aku khawatir, Hanif nggak bakal mau ditinggal, eh malah enjoy, sekarang aku yang sedih.." Akupun tercekat menghadapi perpisahan kecil ini. Bangun jam 3 an, emaknya mempersiapkan apapun untuk berangkat, makanan, minuman, dan semua hal. Lalu tiba saat Subuh, Nipong kubangunkan...

Jam 6 pergi dari rumah, Nipong mengantar sampai ke jalan dan membawakan tas yang berisi palaian adiknya. Uang saku dititipkan sama Eyang kakung, dan kami berangkat.

Di Ajibarang, terminal pemberangkatan kasus baru timbul, tiket yang sudah dibeli dan sudah dipastikan dapat tempat duduk ternyata sudah penuh. Maka pilihan sulit terjadi, kami dilimpah ke ekonomi atau berangkat malam. Kalau aku sendiri tidak jadi pusing asal sampai ke Jakarta dengan selamat, kulalui itu meski tanpa AC atau berdiri sekalipun, lah ini ada anak kecil, 2 perempuan.

Akhirnya kami kompalin habis-habisan, "catat, pak.. kami tidak mungkin bisa langganan dengan layanan bapak,,.,.!!" dan kamipun bergegas ke bus ekonomi....

Aya tampak senang, karena masih pagi... tapi menjelang Cirebon udara panas mulai terasa sangat menyiksa, untung saja Alya terlihat enjoy, dan tidak rewel. Aku yang malah gelisah, nggak nyaman dan pengin nonjok supir yang jalanya selalu disalip truk.

Kusodorkan hp ketika aku nelpon Nipong ke emaknya, terlihat direbut Alya, lalu emaknya kembali, terlihat air mata berlinang disudut matanya.

Dan hari ini, aku telpon, ia baik-baik saja, kakaknya istri juga mengabarkan kalau ia nggak mau sarapan dan makan dirumahnya, tapi masak sendiri dan akan tidur ditemani Eyangnya lagi malam ini.

Miss u, Han...