Lebaran 2011-

Seminggu sebelum hari dimana mudik lebaran, fikiran dan hati sudah tidak lagi kompak. Padahal mudik selalu kulakukan setiap bulan, bahkan 2 minggu sekali.

Menarik untuk selalu disimak, seluk beluk lebaran selalu punya kisah tersendiri. Dari mulai cari tiket, persiapan mudik, hingga akhirnya berebut masuk ke dalam angkutan lebaran. Entah kapan merasakan nikmatnya packing barang dan masuk ke bagasi mobil, lalu kwik..kwik.. dan jleb,,!


26 Aug 2011, bogwonto 09.00 Senen, 15.30 PWT, ambil motor di sta PWT lalu ngacir ke rumah
27 Aug 2011, santai di rumah, bersih-bersih dan jagain anak-anak
28 Aug 2011, wa istri sakit keras, dan memang sudah lama nian sakitnya...
29 Aug 2011, berita duka datang siang, pas lagi ngecet kios dan rumah. Ngecat batal dan pergi ke rumah duka ikut menggotong kereta jenazah ke kuburan, buka puasa di kuburan. Lanjut tahlilan, dan takbiran batal serta merta.
30 Aug 2011, Puasa dengan ragu, ada tamu datang tidak puasa karena yakin sudah 1 syawal, dan tiap malamnya tahlilan.
31 Aug 2011. Lebaran, ke rumah ibu di dhekawe, lanjut ikuti pengajian di acara silaturahmi keluarga
01 Sept 2011. Di rumah saja dan beristirahat, tapi malamnya tetap ke rumah duka.
02 Sept 2011, ke desa sebelah mengikuti acara silaturahmi, lanjut ke rumah hajatan, ikut bantu-bantu. Sore titip beli tiket buat minggu 04/09 dpt nya sore
03 Sept 2011, sabtu malam minggu berangkat pagi bantuin orang hajatan (saudara istri)
04 Sept 2011, Minggu ngumpul di rumah, siap siap berangkat... Bus tak ada yang datang karena macet, balik lagi ke rumah.
05 Sept 2011, akhirnya ke stasiun pwt bersama bulek istriku dan dapt tiket KA, senin bolos...

Dan hari ini dapat SP karena ketidakhadiran itu, tidak ambil pusing.
Seperti tidak pernah menginjak rumah, rasanya sangat sebentar berada bersama keluarga. Dan inilah arti lebaran yang sebenarnya, sibuk tiada tara di lingkungan masyarakat yang masih sarat dengan adat dan gotong royong. Sisi sosialnya sangat bagus, tapi dari sisi privasi aku masih ada rasa ego ingin rilex dan menyendiri di rumah. Tapi rupanya umur tidak memungkinkan untuk itu, dan ini juga bukan adegan film. Realitanya adalah aku melalui kehidupan ditengah-tengah tegur sapa dan control sosial yang ketat.

Pengin balik lagi, di sini, di kota ini tak lagi membuatku semangat menjalani kehidupan.....