Terasi

Gambar: Google
Dibalik aroma terasi yang khas kutemukan beberapa hal yang menarik. Salah satunya adalah aroma, salah duanya adalah asalnya. Aku akan kupas tuntas perkara terasi ini dari sudut pandang penggila trasi akut ini.
Aroma yang gurih dan khas ini akan mudah tercium dari radius puluhan meter apalagi kalau sedang diproses masak baik di bakar ataupun digoreng. Tapi kalau terasi mentah yang menempel di suatu tempat yang tidak sengaja singgah, aromanya bikin kesal dan membuat hidung kita terus mengendus sambil mengendap endap mencari asal aroma ini.
Aroma terasi bisa menjadi aroma terapi bagi mereka yang sedang dilanda asmara. Kok bisa.. ? Bisa saja, bebas-bebas saja wong aku yang nulis kok. Bagaimana proses kerjanya?... sebentar.....
Asal terasi tentu dari dataran rendah yaitu laut. Tapi kalau kita pergi memancing atau menjaring dengan pukat harimau pun sampai ayam betanduk tidak mungkin dapat terasi langsung. Ia adalah hasil dari proses panjang para perajin terasi. Dengan bahan baku udang rebon, atau baby shrimp kemudian difermentasikan lalu dihaluskan, diolah, dijemur sedemikian rupa jadilah terasi yang beredar dengan kemasan rapat kedap udara dan dipasarkan ke seluruh penjuru.

Dan apa yang terjadi kalau bertemunya makanan dari gunung bertemu dengan hasil dari laut? hidangan tersaji di depan mata ini begitu menggugah selera. Dan itu semua karena bersatunya jarak, si trasi dari laut dan cabe brangbang dari gunung. Begitupun aroma terasi yang 'senada' dengan terasi yang berasal dari udang. Perlakuannya sama, untuk bisa menikmatinya kita harus pandai meramu mulai dari daerah 'pegunungan' baru kemudian bertemu dengan aroma lezat khas terasi. Bisa lebih rinci?...

Mari bermain imajinasi saja, mudah2an aku bisa segera menikmati lezatnya terasi di musim dingin ini.


Inspired by:  The Royal Kasino