Sebutir gabah dalam sajian

Makan siang tersaji di mejaku dengan lauk yang sama seperti kemarin, rasa bosan belum juga  mulai menyergapku. Nasi ini begitu empuk atau buket, tiap butirnya begitu kunikmati dan kuhargai atas jerih payah seseorang yang pagi-pagi sudah mau masak untukku.

Untuk suapan yang ke sekian kali, aku mulai cegukan pertanda harus kudorong dengan beberapa teguk minuman.

Mataku tiba-tiba menangkap bayangan butiran emas dari bongkahan putih nasi, agak blur memang karena posisiku mendongak dengan tatapan mata ke arah pucuk gelas.
 

Lalu kuperhatikan butiran yang tadi samar terlihat menyerupai emas, dan ternyata sebutir gabah. Untuk tingkat ini, aku tidak memperdulikannya karena nasi yang kumakan berasal dari beras, dan beras terbalut oleh merang.

Beras yang dibalut oleh merang itulah  disebut gabah, karena terlewatnya proses membersihkan, sebutir gabah turut serta dalam nasi yang tersaji dalam makan siangku.


Napeni, adalah proses membersihkan beras dimana beras ditaruh dalam tampah yang digoyang-goyangkan lalu gabah akan berkumpul di posisi paling atas, tangan wanita itu dengan penuh ketelatenan memungut gabah-gabah itu
dan memisahkannya dari beras itu. Setelah itu, tampah kembali di gerakan ke atas dan ke bawah sehingga beras seperti terbang lalu ditangkap lagi oleh tampah. Ketika beras mabur ke atas, disaat itulah merang, atau kulit gabah akan terbang terbawa angin, kalaupun tidak ada angin hempasan tampah yang naik turun itu sudah cukup untuk menghempaskan kulit merang yang sangat enteng itu.

Terlihat anak-anak ayam begitu gembira lalu lalang di bawah tampah menikmati menir, atau beras patah yang ukuranya kecil-kecil terbawa angin tadi.
 

Tak ada gading yang tak retak, setelaten apapun wanita itu membersihkan gabah di antara beras, tetap saja sebiji gabah hinggap dalam sajian makan siangku. Mestinya si penanak nasi tidak begitu saja menyerahkan sepenuhnya
tugas membersihkan kepada penapen beras, ia juga bisa membuang butiran-butiran yang bukan beras. Kepada airlah beras-beras yang akan dimasak menjadi nasi kembali dibersihkan untuk terakhir kalinya, di sana nanti akan dijumpai kulit merang yang enteng akan mengapung dan dibuang bersama mengalirnya air. Sementara satu biji gabah nyelip di antara beras pagi ini, sehingga turut matang bersama nasi.