Kehausan di lautan

Banyak pihak yang menyayangkan kenapa aku harus berhenti bekerja di saat seperti ini, namun aku tidak perlu mendebatnya cukup bagiku menghanturkan terima kasih atas perhatian dan kekhawatiran mereka. Manusia memang punya kecenderungan bermain matematika tapi melupakan aneka peristiwa.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan untuk memutuskan itu semua memang tidak mudah, timbang menimbang siang malam, tapi ketika semua itu berserah diri kepada sang maha memberi kehidupan,segala kekhawatiran sirna seketika. Mengejar segala keinginan merupakan bagian dari fitrah manusia, dan aku yakin sekali andai manusia tidak dibekali akal, ia tak ubahnya seperti binatang yang rakus. Dan andai saja seorang manusia diberi gunung emas, pasti akan mengharap gunung ke dua, ke tiga dan seterusnya. Kuncinya hanya satu yaitu yakin! Dari rangkaian proses apapun kunci berikutnya adalah tidak malas, kalau sudah sregep pasti segala kesulitan akan mudah diselesaikan.

Jaman ini sudah semakin tidak karuan kalau kita tidak pandai-pandai mengarungi hidup tentu akan mudah terombang-ambing gelombang bahkan tenggelam olehnya. Untuk menjadi durjana sangatlah mudah, namun untuk menjadi manusia yang taat sangatlah sulit dan penuh tantangan. Zuhud, adalah jawaban untuk sebuah kegalauan. Di tengah kehidupan dunia dewasa ini yang kurindukan adalah kabar baik dari berita yang ada, tapi tidak kutemukan. Di mana-mana adalah kerusakan demi kerusakan, kerakusan demi kerakusan, dan aku salah satu dari manusia yang hanya menghela nafas dan berdoa ketika menyaksikan itu semua tanpa punya kuasa mencegah atau memberi teguran.

Hijrah dari potensi dahaga dunia ke potensi dahaga akhirat, merupakan dambaanku sejak jaman remaja. Membayangkan usia 20-40 adalah berjibaku seolah sanggup menguasai dunia, dan usia berikutnya adalah saat mendekatkan diri dengan sang Khalik, memberi pendidikan agama kepada anak istri, membimbing diri sendiri dan mereka. Keyakinanku tidak dapat diganggu gugat, bahwa kelak seorang suami akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Segala tindak tanduk selama hidupnya diperlihatkan tanpa ada yang ditutupi, betapa malunya kelak kita ketika ditelanjangi seluruh dosa-dosa. Dimensi waktu menurut Al-Quran adalah 1 hari akhirat sama dengan 1000 tahun dunia, praktis kita sejatinya adalah hanya hidup rata-rata 1.5 jam (waktu akhirat), lalu apa yang akan kita banggakan? rumah, sawah, ladang, kendaraan? semua tidak ada artinya, man...!

Aku heran saja kenapa sampai orang-orang di muka bumi ini banyak yang melampaui batas kejamnya, sombong dan angkuhnya. Kenapa harus menghargai yang kaya dan menginjak si miskin? dunia ini memang diperuntukan bagi yang menyembah dunia dan seisinya, tapi tidak bagi yang sekedar menjalankan perintah yang maha Kuasa, yaitu beribadah. Karena hakikatnya seluruh rangkaian kehidupan manusia, bahkan Jin untuk beribadah.

Sudahlah, aku mengenyangkan diri dengan apa yang sudah kurasakan dan kuraih, tidak akan mengutuk apa yang belum kumiliki, tapi merawat dan menysukuri apa yang sudah dicapai. Sejatinya kita hanya mampir minum teh sebentar saja.....