Rawen Inside



Ternyata untuk menguasai suatu keterampilan tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang. Inilah salah satu akibat positif dari  lompatan tekhnologi. Padahal dekade 90an hingga 2000an yang selanjutnya disebut tahun milenium orang kebanyakan di negara berkembang macam Indonesia masih terbengong-bengong ketika melihat kecanggihan alat bantu manusia, entah itu mesin, alat komunikasi atau hiburan sekalipun. Ada orang memegang computer dianggap orang pintar. Dan untuk keruwetan macam komputer hanya terjadi ketika dipegang oleh orang berdasi duduk di kursi empuk dan layar monitor ada di atas meja. Horor seperti itu tentu saja menciutkan nyali banyak orang untuk mempelajari komputer. Waktu berlalu abad pun berganti, Rawen telah beranjak dewasa. 
Rawen wanita desa yang sudah melek computer melewati kebingungan ketika pertama kali memegang HP berlayar sentuh yang dibelikan pamanya yang dermawan. Ia mulai mempelajari apa saja yang ada dalam  tekhnologi tersebut. 

Rawen mulai menghabiskan waktu di depan layar komputer kecil itu sambil duduk, sambil memasak, bahkan sambil rebahan menjelang tidur. Semakin lama ia mahir menggunakan hingga ia masuk ke dalam hutan belantara yang disebut dunia maya. Sekarang ia sangat mudah mengeluarkan unek-uneknya dan menuliskannya di mana ia suka. Bahkan sekarang ia semakin banyak kesibukan tambahan karena harus menyapa orang-orang yang baru ia kenal dan membalas pesan-pesan masuk bak rumput liar di musim hujan. Semua aplikasi ia pasang di genggaman tangan tanpa tahu betul penting atau tidak sampai ia paham komputernya melambat akibatnya.

Rawen semakin gaul, ia terus masuk ke dalam rimba belantara dan tersesat karenanya. Wisanggeni yang sudah malang melintang di dunia antah berantah terlihat sekali ingin mencegah kebiasaan baru Rawen, seorang putri kerajaan kecil di utara Siliwangi. Tapi tak banyak yang bisa ia lakukan karena Ia telah merasakan sendiri bagaimana sulitnya lepas dari tehnologi baru yang mampu membiusnya hingga berkelana tanpa batas hingga melihat wanita-wanita bahkan mengenalnya beberapa. Sampai pada satu episode ia tergoda mengenal lebih dekat sosok rawen yang pendiam dan pemalu khas putri keraton. Rasa memiliki pernah merasuki keduanya hingga beberapa musim. Beruntung, Wisanggeni menyadari kekeliruanya karena sudah hampir saja menelantarkan permaisuri dan kerajaan yang dipimpinya. Rupanya Rawen tidak bisa menghadapi kenyataan untuk berpisah dari Wisanggeni. Sudah banyak cara yang Wisanggeni lakukan agar tidak serta merta laksana duri tercabut dari daging. Dengan menempuh cara halus supaya asmara terlarang tidak menyakiti keduanya. Rawen adalah wanita terhormat yang segala keinginanya pasti terkabul oleh Maharaaj, maka kalau Wisanggeni tidak melakukan dari awal untuk pergi meninggalkan Rawen tentu saja perang bratayuda tak terelakan. Rasa sayang tumbuh tak mampu dicegah di antara keduanya, selebihnya adalah banyak hal yang terabaikan di luar antah berantah. Wisanggeni hampir-hampir kehabisan akal kenapa Rawen ingin pergi bersamanya dengan penjelasan cara apalagi yang bisa diterima hingga Rawen mau mengerti dan memahami situasi. 

Dan akhirnya satu persatu pusaka kesaktian dari kedigdayaan layar sentuh ia buang satu per satu hingga pada suatu musim terciptalah jarak antara Rawen dan Wisanggeni seperti sedia kala. Wisanggeni telah memilih jalan hidupnya kembali ke Panembahan pasopati menjadi seorang pertapa. Sementara Rawen telah memulai hidupnya yang bahagia bersam Maharaaj yang bijak dan kaya raya. 

Rawen sudah menjadi agent penggerak bagi Wisanggeni untuk melalui RAM dan resolusi lebih tinggi, sementara ia sendiri telah mengupgrade dirinya sendiri agar bisa mendapatkan performa lebih baik dan kencang.