Cerita Lalu


Derik, bukit kecil di tepi sungai dan dikelilingi sawah berletak di belakang rumah penduduk, menghadap pegunungan tipar. Tempat ini menjadi titik berkumpul anak-anak saat sore untuk bermain layangan, mrengmang (kejar dan tangkap). Jalan kecil setapak, di sisi kanan adalah jurang menganga dan langsung sungai dengan aliran air kecil. Sebelah sungai adalah hamparan sawah hingga menembus kampung Sumber dan rangdamulih dengan dipojok jauh utara rimbunan pohon Mbulu yang terkenal angker dan sering buat bertapa orang-orang yang mempercayai hal klenik.

Di sebelah kiri adalah sawah Pak Bau (sekarang Manten Lurah), lalu rumah man Darkum, eyang Sanwiradji dan menyatu dalam kampung Dhekawe. Kalau dilihat dari satelit, dhekawe ini seperti sebuah pulau ditengah sawah berbalut kali aren. 

Derik telah memberi warna di masa kecilku, betapa berlari di atas huma ditengah terik maupun hujan lalu berteduh di gubuk sawah. Bekerja sama dalam persahabatan terlatih di sana, hingga akhirnya pohon Sengon besar di ujung barat ditebang oleh yang punya karena desakan kebutuhan ekonomi, sehingga layang-layang yang sering menyangkut di sana saat itu menjadi lebih leluasa anak-anak mengelur benang hingga makin jauh ke atas langit Tipar. Masa kanak-kanak yang singkat, hingga akhinya generasi berikutnya melanjutkan Derik sebagai lahan terbuka untuk bermain anak-anak hingga hanya 1 generasi dibawahku. Modernisasi berhasil menggeser trend dan cita rasa bermain anak-anak berikutnya dari alam ke halaman rumah dan dalam rumah, hingga akhirnya sekarang banyak anak-anak menghabiskan masa kecilnya di atas karpet atau kasur, tidak bergerak.

Pembahasan tidak akan bergeser ke atas 90-an, karena Derik sangat menarik hanya di era 80-an, bahkan saat itu Djayim hanya berpenghuni 1 rumah, itu terlihat saat aku melewati daerah itu untuk menuju ke kebun Igir Pasang. Penjelajahan kampung menjadi pengalaman saat kecil bersama teman-teman menyusuri sungai, kebun, memanjat pohon besar, main lurugan (sparing) ke kampung sekeliling: Dukuh Kampung, Tipar, Sompok, Kr Anyar, dan lainya. Lurugan ini sebenarnya seperti menantang tapi dalam hal permainan, salah satu yang sering dijadikan lurugan adalah: Ceprot, Dir atau kelereng, voly plastik, layangan dan bola sawah. 

Seperti kehidupan umumnya, masa-masa menjelang remaja terasa hampa tanpa adanya kaum hawa, ketertarikan kepada lawan jenis menjadi hal yang mustahil dapat dicegah dan itu naluriah sehingga masa-masa remaja tetap sesuai sejarah yaitu menjadi bagian penting untuk menuju masa berikutnya. Cinta monyet mulai tumbuh, entah cinlok di area permainan kuwukan yang aduhai itu. Radio transistor menjadi gadget keren di jaman itu, karena bisa tahu lagu-lagu yang sedang populer atau bisa cerita tokoh favorit dari sandiwara yang ada.

bersambung...