Mukidi

Mukidi mengerenyitkan dahi setelah tahu Dewi Sambi menaklukan Raden Samba pada pertarungan sengit pada purnama semalam. Bagaimana mungkin seorang Samba dengan kesaktian yang luar biasa bisa takluk oleh seorang perempuan sundal itu yang hanya menguasai mantra Sakang Seruni. Di pagi buta Mukidi berkemas dan meninggalkan Tambakan menuju padepokan Brewut. Ia mengendarai kawasaki trail dengan shockbreaker tinggi agar bisa terbang menyusuri tebing di daerah hutan pinus dan perdu krinyu juga anyelir. Di tengah perjalanan ia dihadang oleh rampok berkuda, Mukidi tahu betul gembongnya adalah Kaslam Sergio yang telah lama malang melintang di dunia hitam. Mukidi sontak turun dari motor trailnya dan mencoba berunding. Belum juga kaki mukidi menginjakan kaki dengan sempurna, berkelebat pedang setan sudah ada di depan bibirnya dan mengeluarkan asap berbau busuk. Mukidi segera mundur dan menangkisnya.
Mukidi,"biarkan aku lewat, hei bajil" (sebutan Kaslam Sergio)
Sergio."tak perlu diplomasi, apa yang kau bawa hai bogel..?!"
Mukidi,"aku hanya membawa potongan kepala Raden Samba yang kalah bertarung oleh Dewi Sambi" pungkas Mukidi sambil mengangkat benda yang dimaksud.
Sergio terlihat menengok ke belakang memandangi satu persatu anak buahnya.
Kemudian, zebb,....! anak panah tertancap di pohon persis di samping gembong rampok itu.
Dan tanpa pikir panjang Mukidi menendang dagu Kaslam Sergio hingga tubuhnya naik ke atas awan dan menghunjam ke bumi dan meledak di dasar jurang. Demi melihat ketuanya mati, anak buahnya yang berjumlah enam orang lari tunggang langgang dan meninggalkan beberapa ekor kuda dan satu unit Yamahan N-Max milik bos mereka.

Mukidi tengak-tengok memandang sekeliling hutan yang kian meredup pertanda senjakala segera datang, siapa gerangan yang melesatkan anak panah yang bertanda anggrek jingga di hulu panah itu.






bersambung....