Ngacar

Berdiskusi melalui konfrensi telpon dengan anak lanang di tempat kosnya dan ibu beserta anak wadon lainya di suatu bukit gendayakan. Hal tak terduga ditanyakanlah kepadaku, melalui juru bicaranya yaitu bune anak2. Berapa sih gaji bapak, kira2 kalau hanif pengin kuliah di Unsoed ada biaya nggak yah?. Dengan sambil tersenyum kuberikan penjelasan mengenai beberapa hal dan memuji keterbukaanya dengan bertanya hal seperti itu. Rupanya ia sudah tumbuh menjadi remaja pria dengan sentuhan pendidik sekolah barunya.

Aku sampaikan dengan singkat bahwa tugasnya adalah belajar saja, tidak perlu mikir biaya. Biar ayahmu berjibaku agar anak2 menggapai mimpi setinggi langit dan berbudi pekerti luhur namun rendah hati sedalam samudera. Lalu aku sedikit cerita tentang pengalaman dalam hal membuat keputusan yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Di saat-saat terpuruk kita semua harap memahami situasi, namun tidak perlu pesimis. Semua berganti seperti siang dan malam. Ibarat kita adalah sebuah truk dengan muatan berat akan melewati tanjakan, maka kita perlu mundur beberapa langkah untuk kemudian ngacar agar mendapatkan tenaga akselerasi.

Jadi, pertanyaan anak lanang semalam seperti sedang menghakimiku. Sementara Nahda sedih dan tidak kunjung tidur karena mbakyunya udah tidur duluan, nona no problem yang mudah tidur dan gemar makan ini makin bongsor. Ramaikanlah bermainlah bergembiralah.. kalian bahagia aku akan selalu semangat. Pegangan erat-erat beberapa saat lagi kita akan naik ke puncak....