Hal baik

Kesempatan setiap orang tidak pernah sama, meski ia dilahirkan dari satu rahim. Nasib dan kesempatan selalu beriringan guna menciptakan kehidupan yang baikah atau sebaliknya. Hiruk pikuk pikiran kadang cuma karena kita tidak bisa mengelola perasaan. Padahal pikiran dan perasaan seringkali bentrok. 

Dulu sebelum umurku kian matang (gemadhing) anak2 masih lucu-lucunya, menulis banyak hal itu sangat mudah dan ringan saja. Merefernsi kepada penulis handal macam Prie GS, atau bahkan redaksinya comot sana sini dari berbagai portal berita. Penyedia blog itu sebetulnya punya tujuan apa ya kok pada baik banget bikin system dan memberikan ruang (server) lalu membiarkan penduduk bumi menyimpan kisahnya di dunia maya, dan pasti foto segala macam. Tidak saja hanya blogger, pasti wordpresspun seperti itu. Tapi aku yakin tak ada yang gratis di dunia ini.. itulah sempat yang merubah nasib. Berfikir, menulis tapi tidak tentu menerapkan.. ada juga yang berfikir lalu bertindak sesuai jalan pikiranya. Kadang blunder juga, menulis makin panjang makin tidak jelas alurnya. Seringkali keluar dari topik, tapi untungnya tidak ada hukum menulis. 

Jadi, kenapa aku harus mengutip kata-kata archimides:

".okelah, tak perlu kuatir...dia tau cara menghibur diri.. jadi aku tak perlu memikirkannya lagi.. *aku bisa santai kalo begitu.. 👍😊"


Pengucapan bahasa penulisan dan gaya verbal juga kadang berbeda. Kutipan di atas adalah menjelaskan bagaimana reaksi terhadap pernyataan sebelumnya yang spontan karena obrolan non verbal. Aku bilang kutau apa yang harus kulakukan pun terhadap cara menghibur diri saat seseorang tidak ada waktu atau merasa terpaksa menemani. Maka bahasa tak perlu khwatir di sini adalah justru sebagai bentuk kekhawatiran terhadap lawan bicaranya. Terimakasih lho.. 😅

Dan saat menulis tak perlu memikirkanya lagi, sejujurnya bisa dipahami bahwa kau semakin memikirkanya. Instingku berkata demikian, silakan dibantah kalau tidak sesuai dengan hati nurani dan demokrasi. Telolet banget kan...

Misteri wanita separuh baya yang masih ber-bekhel, itu kubuka tanpa kututupi karena memang dasarnya aku tidak pandai bersandiwara. Bertindak seperti macam betul saja, meskipun selalu berusaha menjadi lebih baik-lebih baik. Pria dengan seribu alasan selalu mencari teman ngobrol, tidak selalu harus pacar. Lah kan sudah beristri ngapain pacaran, rugi bener.. kalau mau badung, badunglah secara total.  Jadi, kalau aku senang aku akan tertawa, kalau sedih ya berdiam diri, kalau marah ya meledak seperti manusia human being gitu lah.. bedanya kita diberi akal untuk memikirkan apa saja yang di seputar kita. Wanita berbekhel itu tidak sedang dalam sejarah hidupku, tidak mempengaruhi kesempatan dan nasibku juga, jadi ia adalah bagian dari komunitas yang kita dapat temui sehari-hari.