Usaha membahagiakan

Setelah tidak ada lawan pulitik (baca: nulis apa saja) untuk menulis mengeluarkan beberapa benak saja lumayan lama mikirnya. Beberapa ungkapan dan istilah untuk mempermanis kalimat juga semakin hengkang saja dari RAM (Redup Akut Mikir). Seringnya menunda, besok lah kayaknya ada bahan, atau minggu depan lah kayaknya bakalan keren nih tulisan, tapi setelah duduk manis di depan computer semua tersapu bersih oleh pekerjaan. Itulah skala prioritas yang alami..

Dua tahun di proyek perantauan jilid dua ini, semakin hari semakin banyak tanggung jawab yang harus kupikul. Libur sabtu minggu ketika tidak ada kapal adalah kedipan keras agar aku segera mudik dan berbagi keceriaan di rumah, meski badan terasa remuk, namun itu obat yang paling mujarab. Dua minggu sekali bisa bertandang ke rumah Ibu, membawa serta anak2, dan bertemu dengan teman-teman ngaritku yang dari radius 100 meter sudah melambaikan tangan dan senyum.

Dulu aku janji membawa ibu Jalan-jalan, dan minggu lalu niat itu terlaksana. meski tidak jauh, dan tidak harus mahal, tapi betapa senangnya mengentaskan dari tempat duduk dan bisa melihat pesona alam lain yang tidak bisa dinikmati ketika diam di rumah. Lutut mulai rapuh, sekalian ibu terapi di kolam cipanas, agar rematiknya bisa mendingan...