Penasaran virtu

Aku pernah mengalami hidup melayang di awan biru, setengah nyata dan setengah semu. Ia disebut sisi abu2. Hidupku serasa semrawut dengan siklus ngaco yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Apa muasalnya?
Karena rasa penasaran dengan apa yang terjadi di dunia maya alias sosial network. Dulu setiap ada perasaan apapun tersimpan rapi di hati atau mengendap di pikiran sekarang hampir semua orang bisa menumpahkannya dalam blog, twitty, atau westbuk. Dan dari setiap apa yang kita drop tulisan di dunia langit, apapun itu pasti akan merasa penasaran akan apa tanggapan dari teman2 di sana. Lalu aku harus membalasnya satu per satu, kadang berbohong agar mereka senang atau supaya biar seru saja. Makin banyak komen rasanya makin puas. Aku menunda mandi, menunda makan dan paling parah menunda shalat. Kalau pun tetap shalat namun telat dengan pikiran yang tidak fokus.

Lalu kubuat blog ini sebagai catatan kaki saja, kalau lagi ada waktu aku akan menulis apapun namun kuhilangkan kotak komen agar rehabilitasi penasaranku kian membaik.

Twiterpun sudah tidak aktif dan entah apa paswordnya. Aku juga bisa sembuh untuk tidak sembarang menumpahkan apa yang kupikirkan di westbuk. Ini perkembangan kemunduran agar hidupku seperti sedia kala. Obsesi besarku tidak seharusnya tergerus di dunia abu2 itu. Namun tentus saja akupun tidak bisa begitu saja meninggalkan total karena bisa kujadikan media hiburan.

Bicara hiburan sebetulnya sudah banyak yang bisa kunikmati untuk bisa menghibur diri. Mendengarkan radio itu lumayan bisa mengusir kejenuhan dan bisa nyambi yang lain. Nonton tivi semakin jarang kulakukan karena mata lelah sehari2 di depan layar computer. Maka semakin banyak aneka hiburan sesungguhnya hidup manusia semakin tinggi titik jenuhnya. Entah kenapa aku menilai seperti itu dan mungkin perlu dikaji secara ilmiah.

Kaji rungkat, kaji urung mangkat. Kisah tetangga yang sudah heboh untuk pelepasan ibadah ke tanah suci tapi lancung ternyata tidak jadi berangkat. Dan itu kenyataan, tak perlu dikaji cukup dipahami bahwa rencana matangpun belum tentu berjalan semestinya.

Anyway, rasa penasaranku kini sudah sedang ku evakuasi dari virtual ke ranah nyata. Ada defiasi yang mendasar untuk bisa kulalui supaya bisa mencapai sasaran.