Petualangan dan si Takluk

Orang dapat berubah ke arah apapun, change is choice. Anehnya setiap kali aku melakukan sesuatu yang kuanggap berani, cool, penuh tantangan adrenalin tapi tidak bisa 100 persen menikmatinya. Pasti ada tekanan batin sedikit, merasa tidak cocok dan bukan duniaku. Kali ini aku mudah saja membuat kilah dan membohongi situasi.

Rentetan waktu yang tersedia seharusnya kumanfaatkan sebaik mungkin saat remaja, nakal, brutal dan berpetualang rasa. Saat itu adalah cowok yang kalem, tidak mudah ikut arus, dan peragu. Kini semua berubah 180 derajat entah sebab apa. Atau mungkin karena bebasnya dunia maya sehingga banyak merubah sisi penting dari manusia, untuk mengabaikan daya daya saring berfikir. Kita seperti digiring untuk mengatakan apa yang ada di kepala. Ada orang membuat pernyataan apapun, kita mudah saja ikut-ikutan untuk berinteraksi dan menanggapi. Makanya aku menerapkan standar ganda, dan ini aneh tapi menurutku ini demi kebaikan, aku melarang istri bermain facebook dengan alasan satu, nanti kamu bakalan menjadi wanita rewel, sedikit-sedikit mengeluh, sebentar-sebentar membuat orang sedunia tahu apa yang kita lakukan dan pikirkan.

Dan pelajaran berharga yang kudapat dari kakak sepupu di Makassar, ia sederhana saja, memakai hp butut monochrom, tanpa akses GPRS pun, dan saat kutanya punya whatsapp atau semacamnya, ia tidak punya. Alasanya sederhana, ia tidak mau merasa terpantau oleh pihak manapun. Dan nyatanya betul adanya, saat kita mendaftarkan email, atau HP baru dengan android maka kita menyerahkan hampir separuh informasi pribadi. Hmmm, benar juga..

Sekarang jadi tidak fokus, mudah lupa dan sebagainya. Hidupku terasa seperti banyak hutang, harus nengok ini itu, musti membalas BBM, Whatsapp dll. Padahal kalau mau ditilik urgensinya, sangat sedikit. Tapi anehnya susah sekali kutinggalkan. Apa karena jauh dari keluarga, makanya aku seperti membenarkan untuk hiburan dan menjalin persahabatan dengan banyak orang. Basi..
Dan orang yang memperkenalkan fb saat ini masih bersahabat dengan baik, orang yang sangat peduli dengan keberadaanku, tapi kadang aku tidak bisa fokus untuk memikirkan satu hal. Aku bukan manusia berkacamata kuda dengan jalan lurus tanpa berbagi fokus dan konsen, ada saja yang harus dipikirkan bagai memikirkan negara republik ini.

Kapan batas sukses ini akan menjadi ukuran yang tepat? sehingga aku bisa hidup normal menapak bumi seperti orang pada umumnya. Senggama menjadi sesuatu yang sangat mewah buatku. Apakah aku harus berpetualang lagi?///