Mengurus karena GIGI

Beberapa surau yang pernah kusinggahi para imam melafalkan ain menjadi ngain, Alaihim menjadi ngalaihim bahkan daerah kalibagor, tempat Klawer Pujo Mitojo  sepertinya menjadi pusat asimilasi ngain dan dulu pernah kuprotes saat masih jadi anak kost di sana, tapi berkelitlah karena lidah banyumas jauh dari semenanjung Arab. Tapi daerah barat tidak demikian, masih sesuai lafal yang lazim dipakai secara umum sesuai mahzabnya. Dan bukan juga sebagai hal besar gonna big deal, so mbule. 

Tanpa bermaksud merubah nama anaku sendiri, cuma iseng kepikiran daerah Klawer tersebut maka hanya untuk kalangan internal, ku panggil Afifa menjadi ngafifa dengan nada gemas, lalu diamini oleh kakaknya yang treng teng teng teng minta ampun bawel, ia ikut-ikutan dan terbawa ke luar rumah, tak pelak lagi seantero dukuh mulai ikut memanggil ngafiiiffaaa... bahkan dari jauhpun. 

Sebulan tidak bertemu, imlek menjelang mengantarku kembali ke kampung halaman disertai macet dan hujan air dan rindu. Mencoba armada baru, Murni Jaya dari Terminal Priok, kedengaranya seperti Sinar Jaya, lumayan nyaman tapi terganggu saat detik-detik mulai berangkat penghitungan penumpang tidak canggih, penyobekan tiket juga lama, pak sopirnya sudah umur 70-an, begitu lambat nyaris tidak bisa menyalip truk sekalipun di Tol, lalu di RM Taman Selera Subang, pertengahan tol Cipali berhenti cukup lama. Setelah jauh melaju dan mendekati pintu tol Pejagan, bus menepi dan pak sopir menerima telfon. Seorang penumpang ketinggalan di RM Taman Selerea, aku diam saja sementara penumpang di sebelahku mulai teriak. Kesimpulanku, selama merantau bertaun-taun belum ada bus dengan pelayanan sebaik Sinar Jaya. Itu kenapa armada itu selalu penuh dan penumpang percaya sepenuhnya. Tidak rekomen untuk menaiki: Dewi Sri, Dedi Jaya, Putri Jaya. 

Biasanya sampai di Ajibarang jam 1 pagi karena ringkasnya oleh Cipali, tapi karena padatnya arus dan kurang baiknya manajemen armada baru ini aku menempuh 12 jam. Sampai rumah jam 7 pagi

Afifa tengah digendong Mamanya sambil menyiapkan sarapan buat anak-anak lainya, terlihat kurus. Pasti dia capek dan butuh piknik... kapan aku dapat mengajaknya umroh dan piknik ke Bali? PR tuh..
Afifa juga terlihat ciut mukanya udah ngga chubby lagi, kurus dan celong. Ia habis pilek batuk rupanya, dan masih ada sisa-sisa flu dari tatapanya yang kurang ceria. Hampir seminggu rewel dan tidak tidur normal, kubawakan susu tambahan siapa tahu bisa mengurangi aktifitas menyusui meskipun ini tidak disarankan. Tapi kasihan mamanya pasti sangat lelah mengurus segalanya di warung. Kugendong segera kudekap Afifa, ia menatap sebentar dan mau berpindah dari dekapan Ibunya. Mama atau Ibu tergantung nanti perkembangan ekonomi.. Siapa tahu malah Mamih, lebih lux kedengaranya. 

Meski capek dan ngantuk tapi aku tidak seperti orang kebanyakan yang menghabiskan tidur seharian kalau habis perjalanan jauh. Narsis lu coy... nggak lah, santai saja.. ini bagian kisah yang tidak dapat dihilangkan. Kubawa serta ke Rumah biar ia merasa bebas dan lega, kuajak main dan bercanda, ceria mulai terlihat dari wajahnya. Wahhh sudah numbuh gigi, tapi kenapa dibagian pinggir atas kanan kiri? macam taring saja kalau m enyeringai... Mamanya sudah cerita sebelumnya kalau ia uring-uringan mukul-mukul muka, kepala, dan menggigit apa saja yang bisa diraihnya. Rupanya gusi bengkak mau tumbuh gigi. Meski kami sudah mengalami 4 persalinan, tapi tiap pertumbuhan anak beda-beda suasananya. Tapi itu semua lupa bagaimana prosesnya, jadi bagi Ibu suka agak panik, karena badan panas, nafsu makan berkurang, tubuh kurus. Ia mulai berdiri dan merambat berjalan berpegangan. Ia mulai panggil ba..pa.. kadang keliru ma..maa.. ke bapaknya,, 

Minggu sore, saat-saat bersama minum teh bercengkerama tiba-tiba ada yang nelpon dan harus ikut turing ke cipanas lewat kebon coklat. Harusnya aku tolak saja, tapi persahabatan juga perlu terjalin akhirnya aku minta izin mboknya anak-anak, meski berat ia mengijinkan... dan pergilah kami bertiga tadinya mau berlima, jalan tanah dan batu medan yang menantang mestinya buat motor trail, tapi kami tetap lalui dan beberapa dari kami terjatuh masuk lubang, hujan makin lebat aku hentikan motor dan teriak, woi... brooo kalian yakin mau terus? rupanya mereka saling tunggu dan menyahut segera, kita balik lagi aja coy, ini nggak bagus sudah magrib pula. Akhirnya sudah separuh jalan kami balik lagi ke posko. Adventure apaan itu... 
aku nggak langsung pulang ke rumah, tapi mampir ke rumah Ibu, ngobrol sebentar sekalian pamit besok pagi berangkat. 

Senin 8 Feb 16 imlek, entahlah... katanya imlek ini taun monyet. Aku berangkat pagi dari kampung halaman diantar Hanif ke Agen bus. Semua meminta berangkat sore saja, tapi aku tetap kukuh berangkat pagi karena pulangnya saja padat begitu, dan benar saja berangkat pagi pun macet minta ampun dan nyampai di Jakarta sudah malam, dan istirahatlah dalam kelelahan. Bangun pagi badan segar dan siap bekerja kembali.