HAN (Hanif Alya Nahda)




Rasa-rasanya otak tidak pernah berhenti berfikir, atau mungkin ini yang disebut panjang angan? Atau memang sudah didesign seperti ini? Banyak mikir kadang disertai ide-ide berseliweran tapi hanya beberapa yang  bisa diwujudkan. Aku juga salah satu orang yang sensitive terhadap bahasa, malah sering berandai-andai bikin negeri sendiri, bahasa baru yang jauh dari rasa pesimis. Aku memperhatikan benar soal bahasa sehari-hari yang berpengaruh pada kemajuan jaman. Apalagi bahasa di daerah banyak sekali kutemukan kata-kata atau ungkapan sehari-hari yang lahir dari turun temurun.  Apa mungkin nenek moyang kita serba ketakutan karena takut bersuara dan takut bertindak karena dibawah tekanan penjajah selama ribuan tahun sehingga mencetak generasi-generasi penakut dengan bahasa yang penuh dengan toleran dan cari aman yang terus dipupuk.

Para ibu yang terlalu protektif kepada anak-anaknya membentuk karakter yang penakut dan kurang bisa beradaptasi dengn lingkungan baru. Para Bapak yang terlalu sibuk bekerja dan jarang komunikasi membuat anak-anak Indonesia banyak yang rendah diri dan daya saing yang rendah. Itu semua pendapat pribadi dengan survey sambil lalu, pengamatan acak melalui dari ke-bahasa-an sehari-hari. Namun Jepang, Korea dan Negara-negara industri maju, terlihat dari tayangan televise meski hanya film tetapi dari segi bahasa sehari-hari sangat menghargai pendapat orang lain, meski itu anak kecil. Mereka tidak pernah memperkenalkan kata: Ah, uh, mana mungkin, ah masa, kita itu apa Cuma orang kere, dll. Komunikasi yang mereka lakukan selalu mengedepankan sebuah progresifitas. Demikian bunyi istilah yang kucerna di otak kanan.

Di kita, malah bahasa gaul model baru tapi sama sekali tak ada manfaatnya buat merebut prestasi atau menjembatani kemajuan bangsa. Ah.. apa itu, akika, begindang, sotoy, emang guwe pikirin, kepo, dll. Bahkan sinetron-sinetron tidak mutu yang mempermainkan emosi pemirsa entah dari tutur kata, melototnya mata, bahasa tubuh dan muka ketika batin bicara penuh kebencian dan kemunafikan. Entah apa yang bisa diambil dari tontonan tihwi saat ini.

Aku punya generasi emas yang lahir dan tumbuh di Jaman yang telah maju. Dan Negara ini maju karena Alkhamdulillah negeri kaya dari sononya, semua bisa beli dari negeri seberang sehingga tak banyak yang diciptakan anak negeri. Pernah kukumpulkan anak-anakku yang masih belia ini dan diskusi tentang masa depan mereka dimulai dari hari ini, mungkin yang baru paham si Sulung. Tapi tidak papa yang lain hanya cengengesan, tapi kami menanamkan sejak dini kepada mereka: Menghormati orang tua, bertanggung jawab kepada diri sendiri, membuang sampah pada tempatnya, dan berkreasilah ciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri atau unik atau apapun.  Dan tentu saja akhir dari semua hal yang bisa dilakukan manusia adalah tetap bermuara kepada Allah SWT yang menciptakan bumi dan seisinya. Mereka didik dengan pendekatan contoh dari ayah ibunya, kami jarang memerintah mereka untuk shalat karena mereka telah melihat sendiri apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hanif hobi main gitar, mendengar music dan cenderung tertutup, ia akan bercerita jika hanya diajak ngobrol. Baju-baju harian adalah kaos hitam yang masih saja gambar tengkorak, menyukai music jenis rock dan reage,  ada Sevefold, endang sukamti dan rastafara. Pada try out UAS 2016 ia meraih urutan 19/192 orang, rank 1 di kelasnya. Lalu pada UAS beneran sampai hari ini belum diumumkan hasilnya. UN akan dilakukan serentak tgl 09 Mei 2016. Ia berkeinginan masuk SMK elektro dan berkeinginan membuat aplikasi android dan computer. Good luck Han, Apa yang membuatmu terpikat dan semangat lakukan..

Alya si rame, kehadiranya selalu ada cerita meskipun berulang-ulang tapi pandai membuat suasana yang hening menjadi riang. Ia sudah dikenal di keluarga adalah penghuni kamar mandi, karena kalau mandi perlu berbulan-bulan sambil bernyanyi, geregetan dan gedor pintu menjadi hal biasa yang ia terima dari Mamanya. Tapinya adalah gampang ngambek, untungnya cepet ilang dan mudah lupa dengan hal yang bikin dia senewen ini modal awal sebagai pemimpin tidak tersinggungan.
Nahda, mulai mirip-mirip dengan Ayahnya, ceria tapi manyun dan pemarah kalau kurang tidur. Dan kalau pengin sesuatu ya harus ada saat itu juga. Tidak mau diam, hobinya kabel dan alat tulis merobek kertas (wajib) mereka mulai terbiasa melihat kesibukan ibunya berbelanja, menginventarisir barang-barang dan sejak belia telah pula terbiasa melihat benda-benda asing dengan harapan mereka kelak bisa mudah beradaptasi dengan pasar dan pandai berniaga.

Icemation, kambali hadir di ibu kota menyusul kedatangan mamang icut tak banyak kisah yang lahir di periode 205 ini. Namun keduanya terlihat mulai dapat membina kembali tanpa aba-aba dan tanpa alat kelengkapan apapun. Kami hanya baru membahas jebug dan soal kalah taruhan mala mini hujan atau tidak. Kalau tidak maka aku yang menang dan siap-siap makan salad kol tanpa daun di suatu tempat dan suatu senja. Besok libur, sepertinya acara gestun tak bisa dihindari…