Abai Positif

Rasanya bukan hal yang mustahil untuk menghentikan segala sesuatu yang tidak berguna, bahkan merugikan. Boleh dibilang ini gagal paham atau telmi, telat mikir. Bertindak dahulu, mikir belakangan...cirikhas manusia-manusia kurang vitamin pada umumnya.
Memasuki bulan ke 4 tanpa asap rokok, rasanya lebih rilex, dimana dulu kepikiran soal mati gaya saat bertemua teman atau lagi nongkrong habis makan, atau ngaso setelah bekerja. Ternyata semua itu bisa berjalan tanpa hambatan. Bukan hal mudah memang menghentikan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan. Tapi bukan berarti tidak bisa, semua musti ada upaya keras dari niat yang benar.
Lalu kian ke mari kian kurenungkan, lalu kalau 1 hal bisa kuhentikan maka yang lain tentu sangat mudah bagiku untuk tidak meneruskan. Maka mulailah hidup ringan tanpa terganggu dengan komen di FB, ngobrol tiada guna di grup WA, BBM. Kalau nyanyi? ini yang masih sulit kuhentikan, dikarenakan hoby asasi, tapi selagi itu merugikan kantong karena boros kuota kenapa tidak?

Memang makin bertambah usia beban kian berat, tapi aku juga bukan type orang yang lantas tenggelam dengan kesibukan kesulitan hidup. Sisi menikmati hidup tetap kupelihara supaya tidak panik dan kusut. Orang-orang yang menjauh karena latar belakang ekonomi, merasa berlevel tinggi atau lain sebagainya, silahkan saja enyah dari sejarah hidupku, tapi aku tetap seperti sedia kala. Bagiku semua orang harus kuhargai dan saling bertegur sapa. Tidak perduli meski ia sedarah, tapi kalau sudah belagu, guwe omongin di depan. Semua berjibaku, mungkin lebih keras dari yang lain tapi kalau soal mujur dan nasib memang selalu beda. Tapi tidak lantas menjauhkan persaudaraan. Apalagi yang cuma teman, baru segitu udah menjauhkan diri, guwe doain lo masuk sorga, bro..