Gathering Pelindo

Rabu sore diskype sama bos, jumat ke jogja? Ha? Acara apa pak saya tanya. Kita diundang pelindo ikut gathering 3 hari sampai minggu.

Malam jumat nobar di MKG acara ultah bos nonton mechanic salavtaiton apa apa lupa, dengan aktor favorit jason setaltom , lupa spelnya. Nyampai rumah jam 23.00, tidur bentar jam 04 pagi bangun dan hujan lebat, untung malam mau tidur install app bluebird, dan langsung terkonfirmasi. Jam 04.30 bluebed nelp, dan kuarungi hujan sampai ke depan.

Nyampai bandara jam 05.15, ambil boarding pass sama panitia, terbang jam 07.30 sampai jokja 08.20

Itternary

1. Ke gunung kidul, jumatan di jalan wonosari, ke bukit pinus bantul .

2. Check in aston jogja 18.30

3. Galla dinner omah duwur

Besok ke merapi

Hari ini dejavu, beberapa minggu lalu aku posting rumah pohon dan hari ini menjadi kenyataan

Mukidi 2


..............Mukidi
Mukidi tengak-tengok memandang sekeliling hutan yang kian meredup pertanda senjakala segera datang, siapa gerangan yang melesatkan anak panah yang bertanda anggrek jingga di hulu panah itu.

Lalu dengan hati-hati mendekati anak panah itu dan mencabutnya pelan-pelan, terselip pesan yang digapit dicelah batang anak panah. Dibuangnya anak panah ke arah jurang, dan buumm... api dan asap membumbung tinggi. Ia membuka lipatan surat yang terbuat dari kulit kayu Waru. Tertera dengan jelas, Mukidi!! jangan sampai kepala yang kau bawa jatuh ke tangan siapapun. Ditunggu di padepokan Candilaban, bregards Anggrek Jingga. Seketika Mukidi meremas surat itu dan menatap ke awan yang kian gelap. Ia segera bergegas menuju tempat sesuai petunjuk di surat itu. Kawasaki itu melesat menembus gelap dan menabrak segala macam perdu dan kelelawar yang terbang rendah. Setelah melewati sepertiga malam, ia singgah di kedai kopi  milik Raden Mamang Kuraya di Bukit Jambenom. Ia memesan mie rebus rasa soto tangkar dengan topping timun dicincang halus tanpa saos tanpa kecap dan 2 rawit yang dipotong-potong. Mamang Kuraya yang sudah mengantuk berat musti menghidupkan kompor dengan tabung gas elpiji 3kg yang wujudnya mirip robot android. Dengan tergopoh-gopoh ia meracik mie instan itu dengan hati-hati. Karena bila tidak, bumbu yang berupa bubuk itu bisa mabrul ke segala penjuru dan mengancam keslamatan kedua matanya. Setelah matang, ia berjalan membungkuk dengan nampan yang berisi semangkuk mie panas mengepul dengan aroma kelezatan tiada tara. Dan disuguhkanya di hadapan Mukidi. Tanpa banyak cerita, Mukidi langsung menyantapnya dengan lahap. Setelah bersendawa, Mukidi membayar dengan uang pecahan 50.000 dan langsung berpamitan. Dan lenyap ditelan malam..

Mamang Kuraya segera menutup kedainya dan segera bergegas menaiki CBR250 menyusul Mukidi di belakangnya dengan kecepatan 100 km/jam. Dari kejauhan sorot lampu dari tunggangan Mukidi menyebar ke segala arah mengikuti liku jalan. Maka Mamang Kuraya dengan mudah mengikutinya. Ia berhenti sejenak dan bergumam, gila itu orang mau setor nyawa kalau menuju ke Padepokan Candilaban. Ia bergidik dan memelankan laju tungganganya. Sekali suit, CBR250 berubah menjadi keledai yang dungu. Maka Mamang Kuraya menunggangi keledai dengan pelan dan dan senyap..


Bersambung...




Kepergian Xuning

Karena tak ada yang mau pakai lagi, nokia x yang selama beberapa tahun menemaniku sekarang telah telah terjual ke seorang teman.

Nokia yang digadang-gadang akan merilis full android dengan panggilan C-1 sampai Mukidi tenar duluan ia hanya rumors saja.

Si kuning ini telah retak di sana sini bahkan di panel depan dan kusampaikan di grup Tlaproject itu kondisinya seperti dalam foto. Dan semalam ia membuat janji akan datang ke priok. Akhirnya minggu siang jam 13 persis man kumis ini datang dengan keluarganya, untung mobil si ibu kost lagi pergi sehingga tamu jauh dari depok bisa parkir demi mendapatkan si kuning ini. Semoga awet...

Ngacar

Berdiskusi melalui konfrensi telpon dengan anak lanang di tempat kosnya dan ibu beserta anak wadon lainya di suatu bukit gendayakan. Hal tak terduga ditanyakanlah kepadaku, melalui juru bicaranya yaitu bune anak2. Berapa sih gaji bapak, kira2 kalau hanif pengin kuliah di Unsoed ada biaya nggak yah?. Dengan sambil tersenyum kuberikan penjelasan mengenai beberapa hal dan memuji keterbukaanya dengan bertanya hal seperti itu. Rupanya ia sudah tumbuh menjadi remaja pria dengan sentuhan pendidik sekolah barunya.

Aku sampaikan dengan singkat bahwa tugasnya adalah belajar saja, tidak perlu mikir biaya. Biar ayahmu berjibaku agar anak2 menggapai mimpi setinggi langit dan berbudi pekerti luhur namun rendah hati sedalam samudera. Lalu aku sedikit cerita tentang pengalaman dalam hal membuat keputusan yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Di saat-saat terpuruk kita semua harap memahami situasi, namun tidak perlu pesimis. Semua berganti seperti siang dan malam. Ibarat kita adalah sebuah truk dengan muatan berat akan melewati tanjakan, maka kita perlu mundur beberapa langkah untuk kemudian ngacar agar mendapatkan tenaga akselerasi.

Jadi, pertanyaan anak lanang semalam seperti sedang menghakimiku. Sementara Nahda sedih dan tidak kunjung tidur karena mbakyunya udah tidur duluan, nona no problem yang mudah tidur dan gemar makan ini makin bongsor. Ramaikanlah bermainlah bergembiralah.. kalian bahagia aku akan selalu semangat. Pegangan erat-erat beberapa saat lagi kita akan naik ke puncak....

Mukidi

Mukidi mengerenyitkan dahi setelah tahu Dewi Sambi menaklukan Raden Samba pada pertarungan sengit pada purnama semalam. Bagaimana mungkin seorang Samba dengan kesaktian yang luar biasa bisa takluk oleh seorang perempuan sundal itu yang hanya menguasai mantra Sakang Seruni. Di pagi buta Mukidi berkemas dan meninggalkan Tambakan menuju padepokan Brewut. Ia mengendarai kawasaki trail dengan shockbreaker tinggi agar bisa terbang menyusuri tebing di daerah hutan pinus dan perdu krinyu juga anyelir. Di tengah perjalanan ia dihadang oleh rampok berkuda, Mukidi tahu betul gembongnya adalah Kaslam Sergio yang telah lama malang melintang di dunia hitam. Mukidi sontak turun dari motor trailnya dan mencoba berunding. Belum juga kaki mukidi menginjakan kaki dengan sempurna, berkelebat pedang setan sudah ada di depan bibirnya dan mengeluarkan asap berbau busuk. Mukidi segera mundur dan menangkisnya.
Mukidi,"biarkan aku lewat, hei bajil" (sebutan Kaslam Sergio)
Sergio."tak perlu diplomasi, apa yang kau bawa hai bogel..?!"
Mukidi,"aku hanya membawa potongan kepala Raden Samba yang kalah bertarung oleh Dewi Sambi" pungkas Mukidi sambil mengangkat benda yang dimaksud.
Sergio terlihat menengok ke belakang memandangi satu persatu anak buahnya.
Kemudian, zebb,....! anak panah tertancap di pohon persis di samping gembong rampok itu.
Dan tanpa pikir panjang Mukidi menendang dagu Kaslam Sergio hingga tubuhnya naik ke atas awan dan menghunjam ke bumi dan meledak di dasar jurang. Demi melihat ketuanya mati, anak buahnya yang berjumlah enam orang lari tunggang langgang dan meninggalkan beberapa ekor kuda dan satu unit Yamahan N-Max milik bos mereka.

Mukidi tengak-tengok memandang sekeliling hutan yang kian meredup pertanda senjakala segera datang, siapa gerangan yang melesatkan anak panah yang bertanda anggrek jingga di hulu panah itu.






bersambung....


Labaikalla

Alkhamdulillah sohibku Icem telah menunaikan ibadah haji, aku turut senang dan terharu melihatnya.
Untaian doaku semoga menjadi Hajjah yang mabrur, segala kebaikan hinggap dalam kehidupanmu. Dan semua harapan dan doa yang kau sedu sedan karenanya terijabah Alloh Swt. Doa yang dipanjatkan di tanah suci adalah mujarab. Aamiin...

Semoga kami dapat menyusulnya

Rumah Pohon dan Sisir Pak Guru

River view mungkin sekarang menjadi tren pemasaran apartemen dan kondominium mewah untuk menggaet calon pembeli, tapi masa kecilku dihabiskan di Dhekawe persis di dekat jurang dan jikalau membuka jendela terlihat jelas sungai kecil yang mengalir airnya sedikit keruh. Di seberang sungai adalah hamparan sawah mbangkulon, karena arahnya ke arah barat. Setelah Derik terjadi longsor pada tahun 80 sekian, praktis tempat bermain anak-anak berpindah ke segala arah dan terjadi beberapa kubu, ada yang di tanah lapang yang sekarang sudah berdiri sekolah SDN1, ada yang membuat markas di pohon kamal (asam) yang besar di belakang rumah Eyang. Kegembiraan yang tercipta saat itu memang selalu dibuat secara spontan dan semangat rame-rame. 

Cover buku warna ungu yang tipis, pensil bercorak garis merah dan hitam dengan ujung penghapus mengawali usia sekolah. Dari Dhekawe berjalan ke arah sekolah darurat di Balai Desa, saat itu SD Inpres di Sumber sedang dibangun. Pak Riswo, adalah guru yang pertama kali mengajar ilmu sekolahan, dan aku ingat betul dipanggil ke depan dan rambutku disisiri untuk dirapihkan. Tidak detail masa-masa awal sekolah SD hanya beberapa scene saja yg bisa diingat, 

Tiap pulang sekolah pasti langsung menuju ke rumah pohon untuk menikmati pemandangan sekeliling sambil menikmati kudapan Klendo yang manis. Burung dok (rajawali) berputar-putar di atas langit begitu dekat dan terlihat begitu besar, konon ia sedang meminta hujan. Tapi anehnya setiap ada burung dok yang sedang berputar di langit, unggas para petani ketakutan dan terbirit-birit menyelamatkan diri. Berarti itu kabar burung yang salah kalau sedang meminta hujan, padahal sedang menginti untuk menentukan mangsa.

Deadlock...
Tadi seharusnya ingat semua jalan ceritanya dan menarik untuk dikupas...

Bersambung... 







(mungkin tamat, malah..)


Cerita Lalu


Derik, bukit kecil di tepi sungai dan dikelilingi sawah berletak di belakang rumah penduduk, menghadap pegunungan tipar. Tempat ini menjadi titik berkumpul anak-anak saat sore untuk bermain layangan, mrengmang (kejar dan tangkap). Jalan kecil setapak, di sisi kanan adalah jurang menganga dan langsung sungai dengan aliran air kecil. Sebelah sungai adalah hamparan sawah hingga menembus kampung Sumber dan rangdamulih dengan dipojok jauh utara rimbunan pohon Mbulu yang terkenal angker dan sering buat bertapa orang-orang yang mempercayai hal klenik.

Di sebelah kiri adalah sawah Pak Bau (sekarang Manten Lurah), lalu rumah man Darkum, eyang Sanwiradji dan menyatu dalam kampung Dhekawe. Kalau dilihat dari satelit, dhekawe ini seperti sebuah pulau ditengah sawah berbalut kali aren. 

Derik telah memberi warna di masa kecilku, betapa berlari di atas huma ditengah terik maupun hujan lalu berteduh di gubuk sawah. Bekerja sama dalam persahabatan terlatih di sana, hingga akhirnya pohon Sengon besar di ujung barat ditebang oleh yang punya karena desakan kebutuhan ekonomi, sehingga layang-layang yang sering menyangkut di sana saat itu menjadi lebih leluasa anak-anak mengelur benang hingga makin jauh ke atas langit Tipar. Masa kanak-kanak yang singkat, hingga akhinya generasi berikutnya melanjutkan Derik sebagai lahan terbuka untuk bermain anak-anak hingga hanya 1 generasi dibawahku. Modernisasi berhasil menggeser trend dan cita rasa bermain anak-anak berikutnya dari alam ke halaman rumah dan dalam rumah, hingga akhirnya sekarang banyak anak-anak menghabiskan masa kecilnya di atas karpet atau kasur, tidak bergerak.

Pembahasan tidak akan bergeser ke atas 90-an, karena Derik sangat menarik hanya di era 80-an, bahkan saat itu Djayim hanya berpenghuni 1 rumah, itu terlihat saat aku melewati daerah itu untuk menuju ke kebun Igir Pasang. Penjelajahan kampung menjadi pengalaman saat kecil bersama teman-teman menyusuri sungai, kebun, memanjat pohon besar, main lurugan (sparing) ke kampung sekeliling: Dukuh Kampung, Tipar, Sompok, Kr Anyar, dan lainya. Lurugan ini sebenarnya seperti menantang tapi dalam hal permainan, salah satu yang sering dijadikan lurugan adalah: Ceprot, Dir atau kelereng, voly plastik, layangan dan bola sawah. 

Seperti kehidupan umumnya, masa-masa menjelang remaja terasa hampa tanpa adanya kaum hawa, ketertarikan kepada lawan jenis menjadi hal yang mustahil dapat dicegah dan itu naluriah sehingga masa-masa remaja tetap sesuai sejarah yaitu menjadi bagian penting untuk menuju masa berikutnya. Cinta monyet mulai tumbuh, entah cinlok di area permainan kuwukan yang aduhai itu. Radio transistor menjadi gadget keren di jaman itu, karena bisa tahu lagu-lagu yang sedang populer atau bisa cerita tokoh favorit dari sandiwara yang ada.

bersambung...


Jakarta kian hot


Red: Agus Yulianto
Republika/ Yasin Habibi
Warga korban penggusuran permukiman yang berada di tepi jalur kereta api kawasan Rawajati mendirikan tenda seadanya di trotoar samping Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/9). (Republika/Yasin Habibi)
Warga korban penggusuran permukiman yang berada di tepi jalur kereta api kawasan Rawajati mendirikan tenda seadanya di trotoar samping Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Rudi Agung*)

Pak Tono tertawa. Orang yang nongkrong di kedai kopi, heran. Alung, sahabat Cina Pak Tono penasaran. Pak Tono menunjukkan meme dari gawainya. Isi meme dari media sosial diperlihatkan ke pengunjung kedai itu. Meme tersebut bertuliskan: temannya saja ditinggalkan, apa lagi warga. 

Meme sarkastis itu menyindir Ahok yang dulunya menghina partai dan ngebacot mau independen, malah merapat ke partai. Entah ke mana dan untuk apa sekarang KTP yang diklaim mendukungnya? Seisi kedai ikut tertawa. Alung nyeletuk, “Karier Ahok sudah tamat!” Orang-orang di kedai menengok Alung. 

Giliran Alung memperlihatkan gawainya. Ia memberi tahu sebuah berita di Rimanews, 27 Juni 2016, yang judulnya: Dilempari Batu, Ahok Sudah tak Ada Harganya Lagi di Mata Warga DKI. 

Alung juga memperlihatkan berita lain soal protes Jaya Suprana, yang seetnis dengannya dan dengan Ahok. Jaya Suprana, menulis surat tentang kekhawatirannya pada Ahok. Menurut Suprana, ucapan dan tingkah Ahok yang kontroversial akan membahayakan kepentingan orang Cina pada umumnya. 

Alung berkisah kondisi penggusuran: penggusuran Ahok mewariskan penderitaan sampai sekarang. Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, Luar Batang, Rawajati. Lalu, ia menunjukkan berita dari lamanSuaranasional, 1 April 2016, berjudul: Ngeri, Aktivis Kristen Ini Bongkar Strategi Ahok Pecah Islam untuk Peroleh Dukungan Kristen. Berita itu tentang statement aktivis Kristen yang tolak Ahok, Novita Siagian. 

Kata Novita, Ahok sendirilah yang menebar kebencian mengaduk-aduk agama dan memprovokasi agama Kristen dan Islam agar pecah. “Padahal, misi sebenarnya membuka jalan menguasai Indonesia. Dan melemahkan semua tentang Indonesia. Dan membuka jalan untuk Tiongkok dan mafia-mafianya bebas bermain. Sekarang yang harus dipikirkan adalah: sampai kapan kita terus diam,” ujar Novita.

Eh, giliran Pak Tono yang heran. Ternyata makin banyak yang menolak Ahok. Tak mau kalah, Pak Tono menunjukkan informasi lain soal tulisan-tulisan aktivis keturunan Cina lainnya, Zeng Wei Jan, yang menjadi inspirasi gerakan anti-Ahok. "Mau dengerin tidak? Kisahnya panjang," Semua manggut-manggut. 

Ia meneruskan, hal menarik dari tulisan Zeng ihwal keuntungan bisnis properti bagi para taipan yang tetap meninggalkan kisah kemiskinan sama bagi si Aheng penjual mie. Tulisan Zeng makin meluluhlantakkan stigma yang dibangun Ahok dan pasukannya mengenai penolak Ahok itu Muslim, pribumi, pro Prabowo, atau pecinta Arab Saudi. Faktanya, saudara kita yang Cina dan Kristen banyak menolak Ahok. 

Sedangkan Ahok terus membangun opini terdzalimi dan mengadu domba dengan membawa SARA yang standar ganda. Zeng menulis: Ahok, dibantu tim cyrus dan buzzer bayaran memecah belah kesatuan warga. Ruang demokrasi dikotori disinformasi sepihak dan delusidevelopmentalism inhuman yang bebas nilai. Situasi ini sangat berbahaya bagi intelektualitas. Dalam satu catatannya, Zeng juga tegas: Apa pun ceritanya, Ahok sudah tamat!

Seisi kedai manggut-manggut. Ada yang melongo. Mereka terpana dengan penjelasan Pak Tono tentang sepak terjang Ahok. Apalagi tulisan Zeng yang dikenal kencang melawan tirani Ahok. Padahal, sebelum 2014, Zeng begitu mengidolakan Ahok. 

Itu bisa dilihat dari tulisan di blog pribadinya, yang telah dihapus. Tetapi arsipnya masih bisa di-googling. Salah satunya berjudul: Ahok Bersih, Transparan, Profesional. Di tulisan itu, Zeng begitu mengelukan Ahok. Ia menuliskan tentang pujiannya pada TDC 31, dan rencana politik Ahok ke depan. 

Sekarang, Zeng malah jadi nomor satu melawan Ahok. Begitu pula kaum Cina lainnya. Ini menunjukkan fakta kartu asli Ahok di belakang media. Orang dekatnya saja bisa dibuat sakit hati. Pak Tono mengajak membongkar ingatan soal sepak terjang Ahok sejak menerima warisan kekuasaan di Jakarta. Pelantikan Ahok menuai polemik. Sejak awal menerima warisan kekuasaan (bukan dipilih rakyat), sudah penuh kontroversi. Sidang paripurna tidak memenuhi kuorum. Kala itu, masih hangat dagelan politik: KMP dan KIH. Sidang hanya dihadiri 44 dari 106 anggota DPRD, cuma berlangsung lima menit. Ajaib kan?

Satu pimpinan yang hadir hanya Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi, dari PDIP. Lima dari 49 pendukung Jokowi tak hadir. KIH ngotot melantik karena berpatokan Pasal 203 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1/2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota sebagai dasar hukum. 

Sedang KMP berpegang pasal berbeda dalam Perppu itu, yakni Pasal 173 dan 174. Inti dari pasal yang dipegang KMP, wakil tidak serta merta bisa menggantikan gubernur, wali kota, bupati.  Mereka meminta fatwa MA, tapi Kemendagri ngotot fatwa MA tidak perlu. 

Melanggenglah Ahok ke kursi warisan kekuasaan. Dagelan interpelasi DPRD DKI sempat mencuat. Tapi namanya dagelan, ya bukan kenyataan. Sampai kini teriakan interpelasi tenggelam entah ke mana. 

Dan… abrakadraba! Sulap arogansi dimulai: pada Maret 2015, istri dan adik Ahok ketahuan memimpin rapat di Balai Kota. Gegerlah publik. Ahok berdalih, saat itu ruangan penuh dan minta pakai ruang rapim yang kosong. Entah kenapa tidak ada alasan yang lebih elegan dari itu. Seperti biasa, media membela.

Tapi di bulan yang sama, saat wawancara dengan Kompas TV, Ahok melempar kata-kata jorok. Meski sudah diingatkan dan dilarang Aiman, selaku host, Ahok tetap tak peduli. Publik geger lagi. Naifnya, perkataan kotor dan tak beradab itu bukan sekali. Ahok masih mengulangnya di kesempatan berbeda. 

Lebih ironi, prestasi DKI babak belur. Dari serapan anggaran terendah sampai lepasnya Adipura yang bertahun-tahun selalu diraih Jakarta. Itu diperparah kasus TransJakarta patah, terbakar, kecelakaan. Lalu, banjir besar yang selalu datang meski hujan sebentar. 

Tetapi stok 'kambing hitamnya' banyak sekali. Ada saja pihak yang disalahkan. Dari anak buah sampai warga yang menjadi korban banjir. Ahok juga ketahuan berdusta di persidangan soal tanda tangannya. Ia menuding Jokowi yang teken Perda APBD Perubahan 2014. Asyik kan bisa dusta di pengadilan?

Idul Adha 2015, Ahok melarang PKL berjualan kambing. Terjadi bentrok di Tanah Abang. Padahal, menurut penuturan pedagang, dari Ahok belum lahir, Tanah Abang sudah ada. Wartawan seniorRepublika, Alwi Shahab, yang akrab disapa Abah Alwi, menjelaskan: penjual kambing telah berlangsung sejak 1950-an, saat pedagang hewan belum sebanyak sekarang. Pasar Tanah Abang sendiri didirikan pada 30 Agustus 1735 atau lebih dua abad itu, dulunya dinamakan Pasar Kambing.

Dulu pedagang di sana sempat ditertibkan Gubernur Ali Sadikin, tapi caranya elegan. Tidak ada arogansi. Tidak ada bentrokan. Ada dialog hangat. Ada solusi manusiawi. Jauh berbeda dengan Ahok. 

Akhirnya, semakin ke sini, Ahok ditolak warga. Disambit. Warga demo meminta dirinya turun. Apalagi saat Ahok terus mencampuri urusan umat Islam yang sudah ajeg. Islam sudah ada aturan sendiri. NgapainAhok ikut-ikut. Umat sabar. Tetapi Ahok terus saja mengganggu urusan umat. 

Publik akhirnya melawan karena Ahok melempar SARA standar ganda: SARA teriak SARA. Padahal, di Papua semua juga memaklumi jika pemimpin di sana harus non-Muslim dan warga asli Papua. Begitu juga di Bali dan Sulut, dll. Ketika warga DKI minta hak sama, dibilang SARA. Standar ganda yang lucu. 

Umat Muslim tidak pernah protes pula soal domba tersesat yang banyak dikabarkan dalam Injil. Tetapi kenapa Ahok protes dibilang kafir, yang diabadikan dalam Alquran. Tatanan ajeg terus dirusak Ahok. Ini sangat berbahaya. 

Padahal, kemerdekaan ini direbut darah ulama, santri dan umat Muslim, bukan politisi. Apalagi media dan survei bayaran. Jangan sejarah dibelokkan, dibusukkan. Bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawan dan sejarahnya. Begitu pesan Bung Karno. 

Bahkan, Pangkostrad Letjen TNI Ery Rahmayadi di Pesantren Ar Raudlatul Hasanah, Medan, 01 Agustus 2016, menegaskan: Kemerdekaan negara ini direbut syuhada, bukan politikus. Direbut oleh pemuda yang dilandasi keimanan pada Allah Ta’ala. Tetapi warga DKI dan pemudanya malah digusur dengan cara tak manusiawi. Bahkan, anak-anak yatim ikut menjadi korban penggusuran. Tidak ada lagi nurani. 

Penggusuran mengerahkan polisi dan TNI. Dalih Ahok pendampingan. Sejarah di Indonesia: penggusuran melibatkan TNI. Entah kenapa tupoksinya kok bisa berubah? Akibatnya, semakin deras penolakan masyarakat dan kencangnya suara penolakan Ahok. Ia ditolak di mana-mana. Sampai-sampai dikawal brimob dan gegana. Terakhir, ketika warga Tanjung Priok sibuk Idul Adha, Ahok meresmikan Kebon Kacang yang dikawal Brimob. Kenapa Brimob tidak pro rakyat? Gaji mereka kan dari rakyat. 

Dan sejarah lagi di Indonesia: pemimpin ditolak orang-orang yang dipimpinnya, yang pemimpin itu tidak tahu malu dan percaya diri. Mungkin karena media terus membela dan menutupi kegagalannya. Tetapi, sekeras-kerasnya media bekerja untuk pencitraan: kenyataan tidak bisa dilawan! Berita bisa direkayasa, tetapi fakta lapangan tidak bisa didustakan. 

Belum  lagi dugaan kasus korupsinya yang mencuat. Mulai Sumber Waras sampai reklamasi. Bahkan, ada yang mencuatkan dugaan kasus-kasusnya di Beltim. Khusus Sumber Waras, akrobat hukum terjadi: KPK mencari niat jahat. Ini seolah sulap dan revolusi hukum di dunia! Potret kerusakan hukum. 

Pak Tono membongkar ingatannya yang lain: saat Aiman dari Kompas TV melakukan verifikasi KTP yang diklaim mendukung Ahok, Aiman bak disambar petir. Saat dicek, pemilik KTP tidak ada. Bahkan, Aiman menyindir gimana kalau KPU yang melakukan verifikasi? Pendiri Teman Ahok, Singgih, yang ikut memverifikasi, cuma cengar-cengir. 

Akhirnya, Ahok yang dulu mencaci habis parpol malah kembali ke parpol. Ke mana KTP itu? Untuk apa KTP itu? Rakyat berhak menanyakan kejelasannya. Nah, jelang Idul Adha 2016, sapi Ahok ditolak warga Luar Batang. Ini adalah tragedi kepemimpinan yang sangat memalukan sekaligus memilukan! 

Beritanya dibolak balik media pendukung. Seterbalik framingsebelum-sebelumnya. Tapi, warga DKI bukanlah sekumpulan kerikil yang hanya diam. Apalagi sekarang sudah ada media sosial yang menjadi kekuatan kelima setelah Pers. Plus ada pula media-media kelas menengah yang pro rakyat. 

Meski media pembela Ahok bekerja keras, tapi fakta lapangan dan daya kritis warga DKI tidak bisa lagi ditutupi. Kinerja media dan survei bayaran pun malah jadi bahan tertawaan. Mengkerdilkan media dan lembaga survei itu sendiri. 

Ajaibnya, sampai sekarang, media pembela masih terus berusaha mencitrakan Ahok. Framing dibuat seolah Ahok tak terkalahkan. Tiada lawan. Padahal ini Ibu Kota. Masyarakatnya bukan sekumpulan robot yang manggut-manggut dicekoki informasi palsu. Bahkan anak-anak pelajar pun ikut menolak Ahok. 

Kenyataan sekarang adalah, secara de facto, karier Ahok sudah tamat!

Adalah naif ditolak di mana-mana tapi masih bisa bersikap arogan. Terlebih Ahok malah membuka front baru dengan warga DKI asli, yang mau menyetop dana Bamus Betawi. Padahal dana itu diatur Perda. Kok seenaknya bikin aturan sendiri gegara warga Betawi menolaknya. Bahkan, Ahok terus bersikap bengis terhadap warga Jakarta dengan penggusuran tanpa kemanusiaan. 

Saat meledak protes penolakan mahasiswa UI, Ahok sarankan mahasiswa itu ke Timur Tengah. Jakarta milik semua. Bukan milik Ahok. Kenapa mudah sekali mengusir? Terlebih Ahok sendiri bukan warga DKI asli. Tapi membuat warga terpolarisasi, terutama di media sosial. Sedangkan pemimpin pribumi dulu malah menyambangi warga Cina yang miskin di Jakbar dan Jakut saat Imlek. Semua dirangkul. 

Tak heran, warga pun sekarang makin kencang berteriak: karier Ahok sudah tamat! Hanya kecurangan yang bisa memenangkannya! Hanya kerusakan hukum yang meloloskannya dari jerat hukum! Apalagi kalau kita bedah lebih banyak lagi kegagalan dan dugaan kasus-kasusnya.

Masyarakat juga minta tatanan yang sudah ajeg berpuluh-puluh tahun jangan dirusak lagi. Sekeras apa pun media, media sosial siber, dan survei bekerja mencitrakan, tapi kenyataan lapangan tidak bisa dilawan. Senjata siber medsos yang menjuluki penolak Ahok sebagai: barisan sakit hati, tak legowo, nasi bungkus, sudah tidak mempan lagi. Itu akibat sikap Ahok sendiri. 

Kini, penolakan menggelinding bak bola salju yang tidak bisa lagi dihentikan akibat arogansi Ahok sendiri. Hukum alam 'siapa menanam siapa menuai' mulai berlaku. Pemodal pun akhirnya jadimikir. La wong sapinya saja ditolak, apalagi orangnya. Ini Jakarta, Bung! Pemodal juga mau untung. 

Pak Tono bertanya: Kenapa Ahok senang membuka front dengan banyak pihak? Apakah nekatnya Ahok bersikap arogan sengaja memancing konflik. Apa memang itu perannya? Jika demikian, negara jangan diam. Jakarta selama ini damai dan tentram. Aparat juga harus berpihak pada rakyat. Cukup Allah penolong rakyat, dan sebaik-baik penolong hanyalah Allah. Allahumma shalli alaa Muhammad. 

Usai Pak Tono berkisah, seisi kedai berteriak dengan lantang: karier Ahok tamat! Hanya kecurangan yang memenangkannya! Hanya kerusakan hukum yang meloloskannya dari hukum! Tetapi, ujar Pak Tono, tetap saja calon yang segerbong dengan Ahok sebagai cadangan alternatif, sudah disiapkan bandar. Seisi kedai kopi itu melongo…

Umat dan warga DKI harus benar-benar selektif. 


*) Pemerhati Masalah Sosial